“Ih, masa laki-laki dipanggil mba sih!?”
Begitu celetuk mertua ketika istri saya menceritakan penderitaan saya dipanggil mba. Mertua saya tidak percaya.
Suatu waktu, saya jadi sopir keluarga istri jalan-jalan ke mall. Saat parkir ada satpam berteriak,”Terus bu! Terus! Terusss!”
Padahal saya buka kaca lho. Dia masih berteriak juga,”Ya kanan bu! Kanan! Ya stop, buu!!”
Sementara orang-orang di dalam mobil cekakak-cekikik nahan tawa. Malu bercampur kesel sama satpam siwer.
Bahkan saat saya bilang,”Terima kasih, pak!”
“Sama-sama, bu.”
Satpamnya melongos pergi. Dia melihat saya dari jarak hanya semeter! Semeter!!! Masih berani manggil ibu juga?!!
“Percaya kan mah? Si Novel sering dipanggil mba.”
“Iya ih.”
Mertua saya nahan geli.
“Mendingan deh dipanggil mba, ini IBU! Cuih!”
Penderitaan saya tidak berhenti di satpam. Saat mau bayar parkir, mba-mbanya nanya,”Ada kartu flashnya, mba?”
“Nggak ada!”
“Empat ribu, mba.”
“Mba, saya bukan cewek, saya cowok.”
“Oh, maaf…terima kasih mba, eh mas.”
Polos. Tak berdosa.
Hiks! Udah ngomong gaya laki begini masih dipanggil mba juga. Damn!!
Bayar, tancap gas. Lainnya ketawa-ketawi di belakang.
Sekian!
*Masih mau tahu penderitaan copywriter banci lainnya, tunggu aja ya. Semoga masih kuat menuliskannya. *lebay*
“sonofmountmalang”