Bau tembakau. Bau politik. Bau sastra. Bau pembawa acara di TV. Bau kopi. Bau roti. Seolah diaduk-aduk menjadi satu adonan dalam satu ruangan Phoenam. Bicara-bicaranya tak ada berbisik. Semuanya lantang. Tertawa gila. Berdebat laknat. Mulut-mulut tidak bisa diam melapal matra. Diselingi siraman rohani dari kopi, dan hisapan racun dunia.

Inilah Phoenam, sebuah terminal, sebuah persinggahan sementara para pengelana Jakarta. Di tempat inilah Anda bisa menikmati suasana warung kopi yang hidup. Anda bisa menelan panas-panas hitamnya kopi pahit, manis-kecutnya kopi susu dan lembutnya roti bertabur keju. Di sini Anda bisa membunuh kegalauan hidup yang melanda sepanjang bulan, dan bicara sampai berbusa dan kehabisan kata. Kemudian diam, dan pulang dengan hati senang, perut kenyang.

Silakan, datanglah ke sebuah terminal, sebuah persinggahan yang tak pernah sepi. Phoenam, sebuah warung kopi di Jalan KH. Wahid Hasyim St. No. 106

Selamat ngopi-ngopi:)

 

“sonofmountmalang”


4 responses to “Phoenam, Sebuah Terminal”

  1. ichal Avatar
    ichal

    inilah aslinya warung kopi dari makassar – sulawesi selatan
    pusatnya warkop phoenam ada di kota makassar, kalau yang di jakarta hanya cabangnya saja oleh sebab itu yang banyak ngopi-ngopi di phoenam jakarta, orang sulawesi selatan

    1. sonofmountmalang Avatar

      Owwwww….!
      Begitu. Baru ngeh, pantesan kok banyak banget yah di phoenam yang nggak ngomong bahasa Indonesia, tapi bahasa Makassar:d

komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: