Siang bolong di pertengahan sawah yang sedang menguning, saya asik penuh kesantaian berjalan-jalan di pematangnya. Burung-burung pipit mengumbar suaranya. Matahari kincong di atas kepala. Wangi padi menguning tercium di ujung hidung. Ini kehidupan di atas kesempurnaan. Tinggal menunggu gadis desa alias Nyi Iteung datang dengan mengenakan kebaya belahan dada dan kain batik sedengkul dan membawa sebakul nasi plus lauk pauknya dan kopi panas.
Hari ini akan menjadi hari yang paling sempurna sepanjang ABAD!
Namun sepertinya yang datang bukan gadis desa, melainkan perempuan berbaju putih menjuntai dan melayang-layang di udara, sesekali loncat-loncat ala pocong di tengah sawah. Wajahnya mirip Suzana waktu masih perawan. Dia mengikikan suaranya hingga menggema kemana-mana. Burung-burung terbang dan suasana cerah berubah menjadi redup. Bulu-bulu di tubuh saya semuanya berdiri tegak. Inilah namanya hantu gentayangan di siang bolong.
Saya pun mengambil jurus kaki sejuta. Mencoba berlari, namun kaki keburu diraih hantu perempuan berambut panjang. Dia ngikik. Membahana. Membuat seluruh bagian tubuh saya menciut. Saya digantungkan di dahan pohon. Kaki di atas, kepala di bawah. Kemudian dia menggelitik kaki saya sambil ngikik. MENGERIKAN! Saya meminta tolong namun suara saya tidak bisa keluar. Mulut saya gagu dadakan.
Saya terus-terusan di-bully sama hantu perawan Suzana. Ketakutan saya berubah menjadi keberanian yang penuh napsu!
Ketika saya ditarik-tarik di tengah pematang sawah, saya langsung menarik kain putih sang hantu. Dia terjatuh di tengah pematang sawah. Kemudian saya menimpa badannya. Jadi, posisinya dia di bawah, saya di atas. Saya bisa melihat jelas wajahnya. Wajahnya putih dan mulus. Hantu mirip perawan Suzana ini malah pasrah. Dia tidak lagi mengikik. Tiba-tiba muncul di benak saya untuk memerkosanya.
Saya pun bilang,”Gue perkosa loe!”
Dia bilang,”Perkosa aku saja. Hihihihi!” sambil membuka pahanya.
Hantu edan! Hantu murahan! Diperkosa malah pasrah! Ah, ya sudahlahyah. Saya perkosa saja. Jadilah adegan di pematang sawah itu saya memerkosa hantu. Sebenarnya antara takut dan napsu. Tapi mau bagaimana lagi. Ini satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari ketakutan, yaitu buatlah hantu menyerah. Pasrah dan siap diapa-apain sesuka hati saya.
Saya memerkosa hantu penuh keseruan sampai akhirnya terbangunkan dari tidur dan langsung kencing ke kamar mandi. Sambil berpikir, gila ya! Baru kali ini mimpi merkosa hantu. Hiiii….! Geli!
“sonofmountmalang”