Menyore-nyore, sekitaran jam empat di dataran tinggi, sebuah pegunungan berkabut, saya dan Leli @freelancer021 sedang melakukan perliburan bersama anak-anak  lainnya. Namun entah kenapa, yang ada di hotel cuma Leli. Menurut informasi yang saya dapat, anak-anak lainnya sibuk berendam di air terjun hangat di seberang sawah yang sedang menguning.

Saat yang lainnya asik berendam, Leli sedang asik duduk-duduk di balkon belakang hotel sambil ngemil. Dia memanggil saya. Kemudian menunjuk ke bawah balkon. Di bawah sana ada danau berwarna biru laut. Sekitarnya dikelilingi kabut tipis. Sepertinya sangat dingin sekali ya. Saya pun mengajak Leli pergi ke danau tersebut. Sebelum pergi, Leli meraih sekantong cemilan baru di meja. Nih anak ya, nggak di kantor, di jalan, di mana saja tidak pernah jauh dari makanan. Gilak!

Saya dan Leli berjalan kaki menuju danau di bawah hotel. Ketika sudah sampai di belakang hotel, masih jauh ke danau sih, kami berdua berhenti. Ternyata ya, jarak hotel ke danau itu sekitar sekiloan lebih. Itu pun tidak ada tangga. Kami berdua harus merosot melewati jalanan lebarnya setengah meter penuh lumut. Saking licinnya, saya nyaris terperosok. Bisa mati menghantam bebatuan di bawah sana ini sih.

Kami berdua memutuskan untuk duduk saja sambil menikmati pemandangan berkabut tipis. Sementara itu mulut Leli tidak berhenti mengunyah. Bunyi kunyahan itu rupanya mengundang memonyet-memonyet dari hutan. Memonyet-memonyet itu merebut cemilan dari tangan Leli. Leli tidak rela cemilannya direbut monyet. Leli dan monyet tarik-tarikan cemilan. Adegan itu mengundang lebih banyak kawanan monyet. Ada sekitar enam monyet siap merebut cemilan. Saya sudah berteriak berkali-kali supaya Leli melepaskan cemilan dan segera kabur. Dasar Leli ya, dia tidak rela lho cemilannya diembat monyet. Dia mempertahankan cemilannya. Di sisi lain, memonyet-memonyet itu semakin marah. Salah satu monyet nemplok di badan Leli. Barulah Leli teriak minta tolong, tapi dia tetap saja tidak melepaskan cemilannya.

“Lepasin cemilannya! Monyetnya ngamuk tuh!” teriak saya.

“Nggak mau! Nggak rela saya berbagi sama monyet!”

Leli kesal. Dia jitak kepala monyet. Monyet itu menyeringai, menunjukkan taring-taringnya. Dan krek! Tangan Leli digigit. Gigitannya tidak mau lepas. Tapi, sekali lagi ya, cemilannya tetap tidak Leli lepas juga. Sambil minta tolong, Leli terus mengunyah dan mengambil makanan dari kantong cemilan. Saya gemes melihatnya. Saya dekati monyet itu dan PLAK! Saya keplak kepala monyet. Sial! Tangan saya telat narik, mulut monyet sudah menggigit pergelangan tangan. Adoohh! Saya berteriak kesakitan. Darah mengucur dari urat nadi di pergelangan. Saya pun berlari mencari batu di dekat hotel, dan memonyet-memonyet itu kini mengejar saya. Sementara Leli bebas dari sergapan monyet. Dengan wajah bahagianya, dia mengunyah cemilan,”Hati-hati yaaa!” teriaknya.

Hadooohhhh! Reseee!

Saya mencari batu. Memukul kepala monyet itu. Gigitannya tetap menancap. Memonyet-memonyet lainnya memberi semangat ke monyet satu yang masih nangkring di pergelangan tangan saya. Beneran nih ya monyet! Saya banting-banting badan monyet ke batu. Gigitannya terlalu kuat. Tangan saya sudah semakin sakit. Darah terus mengucur dari pergelakang tangan. Daripada saya mati konyol, saya ambil golok, entah dari mana, pokoknya tiba-tiba di tangan saya ada golok. Dengan penuh kegemasan bercampur kesal, saya menggorok leher monyet. Darah monyet dan darah saya bercampur. Saya bisa melihat perlahan golok itu memotong leher monyet sampai putus. Setelah putus, barulah gigitannya lepas. Tangan saya pun lega.

Sudah tahu temannya mati, memonyet-memonyet lainnya siap menyerang. Saya sudah punya golok, jadi saya babat semua memonyet itu. Mereka mati semua di tangan saya.

“Eh, tau ngga? Bunuh monyet itu bisa dihukum mati lho,” tiba-tiba Leli muncul di belakang saya sambil jilat-jilat jarinya.

“Hah?! Yang bener?!”

“Beneran! Makanya saya tadi nggak berani mukul monyet.”

“Terus sekarang gimana?! Ini monyet mati semua!”

“Gampang sih. Kita kubur aja, tapi jangan cerita ke siapa-siapa. Kalau ada polisi lewat, jangan panik.”

Ah! Baru Leli ngomong soal polisi, dari jalanan terlihat mobil patroli lewat. Tuh kan. Gimana nih? Saya nggak maulah dihukum mati gara-gara monyet sialan ini.

“Tenang,” katanya, “Polisi itu nggak bisa lihat monyet.”

Eh, bener juga dia. Polisi itu cuma lewat.

“Terus sekarang gimana?” tanya saya.

“Masukin ke kantong sampah. Terus kita kubur.”

“Ok. Gue gali kuburan. Loe masukin monyet ke tempat kantong sampah.” “Nggak mau ah. Saya kan lagi makan,” bantahnya sambil beneran ngunyah. NGUNYAH! DAMNIT LELI!

Duh! Kalau bukan teman kantor, sudah saya masukan sekalian nih anak ke kantong sampah gabung sama memonyet-memonyet ini.

Dengan kesal, saya pun akhirnya sebentar menggali kuburan. Sebentar memasukan mayat memonyetnya. Ketika menggali itu, Leli duduk di sebelah lubang yang saya gali. Dia mulai mengoceh,”Eh, kamu tau nggak? Ini kan monyet asalnya dari deket danau itu. Ini monyet yang suka berendam di kawah. Makanya monyet ini dilindungi. Kamu sih pake ngebunuh segala….”

Semakin lama saya menggali kuburan untuk monyet, semakin sayup-sayup suara Leli bercerita soal monyet. Suara Leli semakin tidak jelas, dan lubang untuk mengubur monyet juga tidak bertambah dalam. Sementara itu suasana di sekitar sudah mulai menggelap, dingin dan embun-embun di hamparan padi depan hotel sudah memunculan. Leli terus bercerita sampai ceritanya tidak bisa saya cerna, dan akhirnya, bersyukur kepada Tuhan yang maha esa, saya pun mendadak bangun dari tidur.

Saya menarik napas super panjang. Semoga kalau saya lanjut tidur, Leli sudah berhenti cerita soal monyet yang saya bunuh tadi. Itu doa saya sebelum tidur lagi sekitar jam 2 di pagi buta.

Zzzzz….!

“sonofmountmalang”

Catatan kecil saja. Leli @freelancer021 itu copywriter di kantor. Dia tukang makan. Kalau ada orang nanya alamat, patokan dia adalah makanan A-Z. Dan setiap benda, baginya, memiliki sebuah cerita. Rupanya, nggak di mimpi, nggak di dunia nyata, kelakuannya sama. Leli….Leli…! Onyet kamuh!


komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: