
Orang bilang, surga itu di telapak kaki seorang ibu. Orang bilang, surga itu ada di Ibiza. Orang bilang, surga itu ada di Pulau Dewata. Ada juga yang bilang, surga itu ada setelah kematian. Ketika kita berbuat baik di dunia, Tuhan menyediakn surga dengan limpahan harta benda, makanan, gadis-gadis bugil. Lalu, kalau wanita yang masuk surga, apakah ia akan mendapatkan puluhan perjaka-perjaka? Konsep surga ini sangan cabul dan cenderung berbau seks. Lupakan, nanti Habib tersinggung. Saya tidak akan membahas surga setelah kematian. Percuma juga dibahas. Belum pernah ada yang ke sana.
Kalian setuju kan, surga itu banyak sekali versinya. Sampai-sampai ada yang bilang, surga itu ketika kebelet kencing atau pengen sekali buang air besar dalam perjalan macet-macetan tidak bergerak, kemudian menemukan pom bensin. Itu surga.
Kali ini saya akan mengupas surga di ketimuran Jakarta, Puncak, yang tidak pernah sepi di akhir pekan. Puncak itu seperti memiliki medan magnet hebat. Sudah tahu macet, orang-orang Jakarta tetap saja uji nyali berjam-jam tidak bergerak di tanjakan jalanan Puncak. Padahal, jika dipikir-pikir lagi, Puncak itu tidak segemerlap Jakarta. Lalu apa yang mereka cari?
Puncak ini tempat yang pas untuk mencari kehangatan di tengah udara dingin. Kehangatan apakah itu? Ubi bakar panas. Teh panas. Indomie panas. Kopi panas. Jagung bakar panas. Dan tentu saja gadis-gadis panas. Hmmm….!
Tapi ada tempat lain, selain wanita-wanita dan ubi-ubian, yaitu surga peninggalan Belanda. Dan, setelah dipikir-pikir, saya berpikir, sebaiknya negeri kita ini diakusisi Belanda saja sejak jaman dulu. Jika diperhatikan, Belanda ini banyak sekali membuat taman, kebun, bangunan dan insfatruktur lagi. Sepertinya, mereka lebih peduli terhadap negeri jajahannya dibandingkan pemerintahan kita sendiri. Coba pikirkan, kalau Belanda tidak menjajah, tidak akan ada jutaan hektar perkebunan teh di sepanjang jalan Cianjur – Sukanegara, perkebunan teh dan kopi di seluruh pulau Indonesia. Banyak juga ya peninggalan Belanda ini. Ya iyalah! Wong mereka menjajah kita ratusan tahun. Mereka merasa Indonesia ini mungkin bukan negara jajahan lagi melainkan negeri sendiri. Mungkin lho ya.
Salah satu peninggalan Belanda yang masih bisa dinikmati adalah Kebun Raya Cibodas. Kebun botani terkenal ke seluruh dunia dengan koleksi lumutnya terbanyak. Wowww! Saya harus bangga jumpalitan di tengah lapangan kebun raya nih. Dan, katanya sih, kebun ini merupakan saudara dekatnya Kebun Raya Bogor. Nggak heran sih. Jaraknya kan tidak terlalu jauh.
Sebagi info saja, Kebun Raya Cibodas idirikan tahun 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann. Yang jelas nih orang Walana! Dia ahli Botani. Makanya, kerjaannya ya mendirikan kebun-kebun. Enak banget neh si Elias hidupnya.
Terus? Kalau ke Kebun Raya Cibodas mau ngapain? Ngapain ya? Hmmmm…! Karena ini namanya Kebun Botani, harusnya ini bisa menjadi tempat belajar anak-anak, orang-orang kota, supaya lebih mengenal berbagai jenis tanaman. Termasuk tanaman obat. Di sini, lumayan banyak koleksi tanaman obat, yang sudah dilupakan rakyat Indonesia. Kita ini sudah terlena dengan obat-obatan modern, yang sebenarnya tidak baik untuk tubuh kita. #SOKTAHUYAH!
Selain tanaman obat, di sini juga banyak tanaman hutan. Banyak hal-hal menarik jika masuk ke hutannya. Banyak pohon-pohonon, buah-buahan dan daun-daunan. Ya iyalah! Namanya juga hutan! Eh, ini bukan hutan sembarang hutan. Ini hutan pengetahuan. Di dalamnya banyak jenis tanaman yang bisa menambah wawasan kita. Salah satunya itu ada DAUN KENTUT. @dwiyuniartid sebagai orang kota saja baru tahu ada daun kentut. Tuh kan, norak ya! Belum lagi kalau masuk ke dalam hutannya, itu banyak sekali hal-hal yang seru. Lagian bosan kan main ke mall terus. Iya nggak sih.
Sekarang, jamannya kembali ke ALAM. Berenang di kali, di air terjun, jalan-jalan di tengah hutan, menghirup wangi hutan dan banyak sekali kegiatan keluarga bisa dilakukan di sini. Dijamin, anak-anak kecil pasti antusias liburan di alam dengan udara sejuk dan air bening. Mau nyoba? Yuk!
Boleh kasih saran ya. Supaya tidak terjebak macet di sekitar puncak, sebisa mungkin jalannya pagi sebelum ONE WAY Jakarta – Puncak. Ya sekitar jam 6 pagilah. Bisa santai dulu makan tahu kriuk sebelum menuju ke Kebun Raya Cibodas. Begitu pun pulangnya juga harus pas ONE WAY Puncak Jakarta. Gampang, murah, sehat dan bisa menambah wawasan anak-anak.
Silakan! Silakan!





















“sonofmountmalang”