
Jika saya ke Ubud, saya akan menyinggahi satu per satu tempat nongkrong sambil bersantai menikmati secangkiran kopi Kintamani di waktu merangkak selamban siput pesakitan. Saya berhenti di depan Rendezvousdoux. Ini tempat istirahat dengan bacaan buku yang banyak. Memanjakan jiwa raga dengan merebahkan tubuh di sofa, membaca dan tentu saja secangkir Kintamani panasnya gila. Ini salah satu pagi berkualitas di Ubud. Duduk, sesekali meneguk diselingi perbincangan santai bersama pacar saya. Kami berdua pun mulai membangun sekotak imaginasi.
Berjika-jika. Hidup di Ubud. Merelaksasi diri di sepanjang jalan. Menelan napas harumnya dupa. Membelanjakan mata dengan kebudayaan, jelajaran galeri, karya seniman lokal dan percampuran, makanan dan spirit Ubud yang terus mengajak kami berdua terus mencipta karya. Membasahakan kisah romantis, tragis, dilematis dan is lainnya. Menganyam-ngayam prosa cinta hingga membuat sedunia muntah-muntah air mata. Menyapukan kuasan seribu warna budaya dari ketelanjangan gadis desa yang sudah punah. Ah! Kami berdua. Disesaki spirit Ubud untuk menciptakan sesuatu yang besar dari Ubud. Sesuatu yang lebih besar! Sebuah tanda tanya besar!
Kami terus berkicau. Membangun sebuah kotak imaginasi menjadi lebih utuh. Rancangan kebulatan untuk tinggal di Ubud semakin komplit. Semuanya sudah tertata rapi. Tinggalah diam. Pun saat semuanya sudah rapi. Sudah komplit. Ketika kopi tertinggal sekumpulan ampas hitam, kami berdua hanyalah mengheningkan cipta. Kemudian beranjak dari Rendezvousdoux mencari tempat lain di Ubud untuk membangun lain versi imaginasi. Yang lebih besar dari Ubud.
Cobalah sekotak imaginasi di Rendezvousdoux jika kalian datang ke Ubud:)! Ini tempat yang menarik untuk disinggahi berjam-jam dengan obrolan penting tidak penting. Silakan…




“sonofmountmalang”