
Saya janji atas nama Aceng Fikri, ini tulisan kedua terakhir tentang Garut sebelum yang terakhir sekali. Tulisan ini juga dibuat untuk membantu orang-orang yang ingin ke Garut. Supaya tidak salah memilih tempat menginap, tempat makan dan tempat bersenang-senang.
Tulisan kali ini jatuh ke salah satu penginapan, yang bisa dibilang sudah cukup lama hadir di Garut. Bukit Alamanda, tidak sebegitu sesuai namanya, yaitu bukan di bukit, seperti yang ada di bayangan saya. Ketika mendengar kata Bukit Alamanda, saya membayangkan posisinya ada di atas bukit. Menurut saya, posisinya bukan di bukit. Posisinya ada di tanah yang lebih tinggi, di Jalan Samarang Raya, dengan pemandangan menghadap gunung.
Ada apa di Bukit Alamanda? Tentu saja penginapan, kolam renang dan tempat makan. Harga penginapan? Menurut saya, harganya cukup mahal. Tadinya saya mau menginap di sini, namun melihat harganya yang bikin dompet merinding, juga melihat tempatnya biasa saja. Jadi, kalau masih ada pilihan tempat lebih baik, silakan putuskan sendiri mau Bukit Alamanda, Mulih Ka Desa, Sampireun atau Kebun Mawar.
Bagaimana dengan makanan di Bukit Alamanda? Secara menu sih lumayan banyak. Secara rasa yang lumayan gagal. Dua kali makan dengan menu yang berbeda, gagal. Kopinya juga gagal. Tehnya juga gagal. Padahal Garut itu salah satu sumber teh, begitu juga kopi. Yang diseduh ya sariwangi dan kapal api. Too bad…!
Hanya satu yang menurut saya enak, yang kebetulan saya pesan, yaitu NASI GORENG KAMBING. Sisanya, entahlah. Silakan dicoba sendiri kalau tidak percaya.
“sonofmountmalang”