Dongeng malam ini bercerita tentang ngobor. Ngobor apa sih? Seru nggak ceritanya? Seru kok. Dengerin aja ya. Pasang telinga dan imaginasi. Oke?

Ngobor. Itu hanya istilah untuk penduduk di kaki Gunung Malang. Salah satu kegiatan mencari ikan, belut, lele dan kodok pada malam hari. Sekitar jam 12 malam. Lokasinya dilakukan di sawah, sungai, kali, selokan dan rawa-rawa atau situ dangkal.

Alat yang dibawa berupa golok setajam silet, ayakan, ember, senter, obor dan lampu petromak. Tahu semua alat ini? Oh, ada yang tidak tahu ya. Ayakan apa sih? Anyaman dari bambu berlubang-lubang. Gampangnya, tahu nampah kan? Nah, ayakan itu ukurannya senampah, lebih cekung dan anyaman bambunya dibuat jarang-jarang. Fungsinya untuk menjaring ikan. Ayakan ini ukurannya bervariasi, sesuai kebutuhan.

Kalau semua peralatan sudah siap dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, maka acara ngobor pun dimulai. Biasanya, anggota pengobor ini sekitar 6 orang. Satu memegang petromak, satu memegang obor, satu memegang golok, satu memegang ayakan, satu memegang senter dan satu lagi memegang ember. Kalau pun ada lebih dari enam, biasanya yang ikut ini cuma penggembira saja, atau sekedar belajar sekaligus jalan-jalan malam hari di tengah udara super dingin. Oh ya, ngobor ini biasa dilakukan saat sawah dalam kondisi  sehabis dibajak atau siap ditanami kembali atau sudah ditanam, namun padinya masih setinggi 15 cm. Kenapa? Itu mempermudah acara ngobor. Ikan, belut, lele dan kodok lebih mudah dilihat.

Kenapa ngobornya malem banget sih? Kata orang dewasa saat itu, semua buruannya, pada saat jam 12 malam itu sedang tidur nyenyak dan belut-belut sedang keluar dari lubangnya.

Owwww!

Lanjut ya ceritanya.

Para pengobor berjalan menuju sawah terdekat, situ terdekat, sungai terdekat. Mereka mulai mengobor. Saya biasanya membawa senter kecil atau obor kecil untuk ikut mendeteksi apakah ada ikan atau belut tertidur celentang di sawah. Kalau ada, tinggal panggil pembawa golok atau pembawa ayakan. Dua orang ini merupakan ujung tombak dalam mengobor. Dan, posisinya tidak boleh jauh dari pembawa obor atau petromak.

Jika mangsa sudah terlihat oleh pembawa petromak atau obor, pembawa golok dengan gerakan tangan secepat kilat akan menghujamkan goloknya ke belut atau ikan dan pembawa ayakan langsung menyeroknya. Kalau posisi korban tidak begitu sulit, maka yang maju ke depan adalah pembawa ayakan. Dia dengan gerakan dahsyat, langsung menyerok ikan atau belut. Pemegang ember tidak boleh jauh dari pembawa ayakan. Ember digunakan menampung hasil buruan. Namun ada satu yang tidak bisa diatasi oleh pembawa ayakan, yaitu kodok. Hanya pemegang golok yang bisa mengatasi kodok. Tahu kodok kan? Loncatan kodok itu kaya bajing loncat di pohon. Nah, supaya kodok tertangkap, pembawa golok biasanya langsung menghantamkan goloknya ke badan kodok. Kodok yang terluka langsung dipotong di bagian pangkal pahanya. Kedua pahanya diambil, badan dan kepalanya dibuang ke sungai. Horor ya!

Acara ngobor berhenti kalau ember sudah cukup untuk makan rame-rame. Bisa juga berhenti karena minyak tanah lampu petromak sudah habis. Bisa juga berhenti karena udara di kaki Gunung Malang sudah semakin menggila dinginnya. Jika sudah begitu, pengobor pun pulang. Di rumah sudah disiapkan perapian untuk menghangatkan badan. Nasih sudah matang, teh tawar panas sudah diseduh. Selanjutnya, ibu-ibu akan memasak hasil oboran. Kemudian makan bersama. Perut sudah kenyang, mata sudah kiyep-kiyep dan udara sudah tidak karuan, maka saatnya tidur nyenyak.

Zzzzz…..!

Saya melihat Tala di sebelah, dia pun sudah tertidur nyenyak. Yuk! Saya mulai ngantuk juga. Saatnya tidur. Besok-besok lanjut lagi ya dongengnya.

“sonofmountmalang”

 Note: To all my followers who cannot speak or understand Indonesian language, I’m sorry guys….:)


11 responses to “Dongeng (4) : Ngobor”

  1. johanesjonaz Avatar

    I envy you mas… hahhaha envy setengah mati! Saya nggak pernah ngobor.. paling juga ngobong.. ngobong sampah 🙂

    1. sonofmountmalang Avatar

      Hahahahah! Irilah anak-anak sekarang nggak pernah ngalamin keseruan anak-anak pada jaman jebot:D

      1. johanesjonaz Avatar

        ada juga kegiatan yg kayak gini (lagi2 saya cuman dengar cerita) di daerah jawa timur namanya “ngecis” tapi ngeri.. selain dapat kodok, ikan gabus… kadang juga dapat ular …

      2. sonofmountmalang Avatar

        Serem amad dapet ular. Kalau ketemu ular tinggal kabur aja:d

      3. johanesjonaz Avatar

        heheh.. enggak, diambil juga tuh, trus dimakan juga… 😦

      4. johanesjonaz Avatar

        fear factor 🙂

  2. rendy senjaya Avatar
    rendy senjaya

    di jakarta kita ngobok2 got loh :p

    1. sonofmountmalang Avatar

      Hahaahhahaah! Hoeeeeee! Jorok!

  3. Hendra Avatar

    Personil ngobor nya terlalu banyak itu, di tpt ku paling banyak 2 0rg saja…ga perlu bawa ayakan segala dan golok nya ga boleh tajam, di harus kan yang tumpul saja Gan.
    Bayangkan saja golok yg tajam buat mukul belut,ikan, atau kodok.

    1. sonofmountmalang Avatar

      Hahahahah! Beda-beda ya caranya, makin rame makin seru:p

komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: