
Saya bernapas karena kopi, atau karena kopi saya jadi bernapas? Ada yang tahu? Atau mungkin keduanya saling bertautan? Tidak tahulah saya soal filosofi ini. Lebih baik tidak perlu mengartikan apa pun tentang kopi, selain menghirup wanginya hingga ke saraf otak, mencicip pahitnya hingga menusuk ke langit-langit mulut dan menelannya panas-panas hingga menyentuh ujung jantung.
Jika setuju, maka marilah kita duduk di Coffee Breath. Tempat ngopi yang usianya baru sebulan di Jalan Benda ini sangat layak diperkosa selagi perjaka ting ting. Parkirannya luas, tempatnya enak dan lantai khusus untuk perokok belum jadi. Tidak penting itu. Saya tidak merokok juga.
Seperti apa sih enaknya? Kebetulan, saat saya duduk santai sambil menikmati suasana, tiba-tiba hujan sederas-derasnya mengguyur. Jadi ini saat yang pas untuk menikmati suasana Coffee Breath, salah satu tempat ngopi di Jakarta yang mengusung tema KOPI LOKAL. Tentunya, sudah banyak kan tempat ngopi yang mengangkat kehebatan kopi lokal. Kopi lokal di sini ada Lintong, Toraja, Papua, Kintamani, Aceh Gayo, Java Raung dan Ciwidey. Saya penasaran dengan Java Raung dan Ciwidey. Pilihan pun jatuh ke Ciwidey. Memang kopi dari luar Jawa rasanya lebih dahsyat. Ciwidey ini pahit-pahit sepet dan asamnya lumayan kuat. Kurang sreg di mulut saya atau hanya perasaan saya saja ya. Hmmm…! Bisa jadi sih. Harusnya saya mencoba semua kopi dengan semua cara penyajian. Wooohh! Apa kabar kata perut ya. Cukup satu dua kopi saja, supaya besok-besok bisa kembali dengan penyajian berbeda.
Coffee Breath ini selain tempatnya yang lumayan enak, cara penyajian kopinya lumayan banyak. Tinggal pilih mau cara apa. Yang pasti Ciwidey ini rasanya kurang. Sumateralah paling layak dinikmati sambil menunggu hujan semakin deras, ditemani manisnya danish dan obrolan tidak penting bersama pacar saya, yang menikmati hazelnut latte, namun hazelnutnya kurang berasa. Catatan penting nih buat baristanya. Kata pacar saya, hazelnut latte kurang nampol. Hehehehe!
Untuk yang suka ngopi dan cinta mati sama kopi lokal, Coffee Breath, menurut saya, sangat layak dimampiri. Meskipun yang nulis juga bukan pakar kopi kelas dunia, tapi selera kita samalah soal kopi. Hahahahahah!
Kalau bisa, datang saat udara Jakarta sedang mendung akut. Jadi saat kopi dituangkan, saat itu juga hujan deras turun. Sisanya, silakan menikmati hidup sejenak di Coffee Breath sampai puas sebelum berpindah tempat ke KOPI DIMANA. Eh, tempat ngopi apalagi itu?
“sonofmountmalang”