
Pagi-pagi, sekitar jam tujuh, saya masuk ke Lawang Sewu. Saya sendirian di Lawang Sewu. Belum ada orang. Kecuali penjaga tiket di depan dekat pintu pagar. Suasananya Sepi. Sedikit sejuk menyelimuti bagian dalam gedung. Ruang-ruang kosong. Pintu-pintu kosong. Jendela-jendela terbuka. Sesekali saya menangkap seorang anak kecil berlari ketika membidikkan kamera. Sesekali juga ada kepala mengintip dari balik pintu. Ketika saya melihat, tidak ada siapa-siapa. Ketika saya bidik kembali dengan lensa, sesosok perempuan berbaju putih berjalaan melewati lorong pintu dan berbelok masuk. Saya memotretnya. Mengecek di display kamera, tidak ada seseorang pun tertangkap di jepretan saya. Aneh. Saya mencoba membidik lagi, anak kecil perempuan berbaju tahun 20an berlari saling silang. Masuk pintu satu, keluar pintu lain. Terus begitu. Sampai akhirnya dia berhenti di lorong paling ujung. Saya foto dan langsung melihat hasilnya. Yah, tidak ada siapa-siapa. Aneh nih.
Saya cuek saja. Berjalan melihat ke kiri dan ke kanan. Sesekali ada napas menghembus di pundak saya. Ketika saya tengok, tidak ada siapa-siapa. Suara orang berjalan kaki. Suara orang ngobrol. Suara orang menjerit di ruang bawah tanah. Ini gimana sih? Tidak ada orang kok ada suaranya. Siapa sih? Saya teriak ke pintu bawah tanah,”Oiii! Siapa di sana!” diam saja. Hanya bau lembab air yang tercium. Saya diam, terdengar lagi suara teriakan disusul suara tangisan di ruang bawah tanah. Saya longok ke ruang bawah tanah, semuanya serba gelap dan hening. Au deh ah! Malas juga becek-becekan di ruang bawah tanah. sementara saya harus menyewa sepatu boot. Saya kembali ke atas, menaiki tangga, tiba-tiba di depan saya berlari seorang anak kecil. Kemudian menghilang begitu saja di lantai paling atas.
Serem juga ya Lawang Sewu ini. Bulu-bulu di seluruh tubuh saya berdiri. Saya jadi ragu melangkah dan tidak ingin membidikkan kamera lagi.
Gimana? Serem kan cerita hantu saya di Lawang Sewu? Haaaahahaahaha!
Saya tidak percaya hantu. Saya tidak percaya setan. Saya tidak percaya iblis. Saya tidak percaya hal-hal berbau setan dan gaib lainnya. Saya percaya apa yang saya percayai, yaitu tidak percaya apa-apa. Hahahaha!
Kalian percaya? Bodoh saja sih. Pernah melihat dengan mata kepala sendiri hantu dan sejenisnya? Pernah dijitak? Pernah dipukul? Pernah dibacok? Pernah ditembak? Pernah ditendang? Pernah diperkosa? Pernah di- dan pernah di- dan pernah di-? Berapa juta orang yang mati karena dibunuh rampok, dibunuh ibu tiri, dibunuh selingkuhan, dibunuh rekan bisnis, dibunuh preman, dibunuh rezim Soeharto, rezim SBY, dibunuh pacar, dibunuh suami? Dan berapa orang yang dibunuh hantu atau sejenisnya? Adakah? Pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri hantu membunuh? Pernah? Pasti semua itu karena cerita kan?
Jika belum mengalami dan melihatnya sendiri. Jika hanya mendengarkan cerita. Jika dan jika dan jika, lebih baik jangan percaya dan tidak perlu takut begitu saja. Kita semua ini terlalu didogma, didoktrin hal-hal gaib yang tidak penting. Termasuk gaib-gaiban di Lawang Sewu.
Lawang Sewu, salah satu wisata di pusat kota Semarang, menyajikan wisata hantu, mistis, horor, mencekam, roh-roh gentayangan dan segala jenis cerita menakutkan lainnya. Bagi saya, Lawang Sewu hanyalah sekedar bangunan tua bekas kantor kereta api jaman Belanda, dengan arsitektur dipikirkan super matang. Tidak usah dijelaskanlahyah matangnya seperti apa. Toh, pemandu juga banyak tidak tahunya kalau ditanya. Bayar tiket 10.000 dan pemandu 30.000 itu sia-sia ternyata. Hihihihihi! Lebih baik jalan-jalan sendiri melihat bangunan apa adanya. Tidak usah takut hantu. Tidak ada apa-apa di Lawang Sewu. Itu semua karangan manusia saja.
Istimewa? Tidak sih. Biasa saja. Mungkin jika dirawat dengan baik akan terasa istimewa. Mungkin lho ya. Tanpa berbicara panjang lebar, lihat foto-fotonya saja yak. Ini hasil jepretan buru-buru di hari terakhir setelah pekerjaan di Semarang selesai dan beruntung pesawat delay sejam. Jadi saya sempat masuk sebentar. Mariiii!

















“sonofmountmalang”