1. Roman-romannya nggak akan dapat sunset nih. Mendung berawan.
1. Roman-romannya nggak akan dapat sunset nih. Mendung berawan.

Jika pesisir Amed merupakan selapangan ketenangan tak berujung, maka Lovina adalah si bisu osean penuh kediaman. Pasir kasar kelam. Sentuhan halus reriakan menyapa daratan. Diam-diamnya lautan hanyalah berupa bebisikan pelan, nyaris tak terdengar di pendengaran. Perahu-perahu kayu saling kelu di sisi pantai hitam.

Laut sunyi tak berbunyi. Seolahnya tak ingin bicaraan lautan kepada pasir-pasir hitam didengar. Apa bicaraannya hanyalah rahasia mereka berdua. Saya hanyalah penerka, terduduk di pesisirnya, mendengarkan bisakan lembut, nyaris tak terdengar. Hanya isyarat kecil sepenggal riak mengecapi kaki.

Itulah impresi pertama ketika bertemu pesisiran Lovina. Lautan yang selalu-akan menyajikan sarapan pagi berupa hangatnya fajar, juga cemilan sore berupa manisnya senja. Sayangnya namun, Lovina menyambut saya dengan guyuran hujan deras. Sepertinya, saya tidak bisa mendapatkan senja di Lovina.

Dan sebelum berjalan lebih lanjut, mari kita berkenalan dengan Lovina, sebuah nama yang memiliki sejarah panjang. Nama ini lahir dari Anak Agung Panji Tisna pada tahun 1950-an. Katanya, Anak Agung Panji Tisna baru saja melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Beliau melihat kehidupan masyarakat di India. Wawasannya tentang perjalanan itu mengubah pola pikirnya tentang bagaimana Bali di masa depan nanti, khususnya masyarakat di Kabupaten Buleleng. Dia melihat Buleleng memiliki pantai yang indah dan juga dua buah aliran sungai jernih. Dari sinilah muncul ide untuk membuat tempat istirahat. Ia beri nama Lovina, tempat istirahat untuk pelancong dan turis. Kebayang ya, pada tahun 1950, seorang pemuda Bali sudah memikirkan sebuah penginapan untuk turis. Hebat ya!

Pada tahun 1980, pemerintah meminta pemilik Lovina untuk tidak menggunakan kata Lovina. Sebab, kata Lovina bukanlah bahasa Indonesia, juga bukan bahasa Bali. Orang Bali tidak mengenal huruf “V” dan kata itu terlalu asing untuk mereka. Maka, Lovina yang sudah mulai dikenal pun akhirnya ditenggelamkan di tengah laut. Pondok Lovina pun berganti nama menjadi Pondok Wisata Permata.

Namun, setelah 10 tahun ditenggelamkan oleh pemiliknya, nama Lovina kembali muncul ke permukaan laut Bali Utara. Para pengusaha menginginkan nama Lovina muncul. Akhirnya, Lovina  yang dulu pernah dikenal di kalangan turis pun, kembali hadir. Tidak tanggung-tanggung, sederetan pantai di Kabupaten Buleleng pun dimasukkan ke dalam deretan dengan sebutan Pantai Lovina.

Lovina sendiri memiliki arti khusus bagi Anak Agung Panji Tisna. Lovina berasal dari kata LOVE dan INA. Dua kata ini berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Bali. Love itu cinta, dan Ina adalah ibu. LOVINA artinya CINTA IBU atau lebih filosofisnya lagi CINTA IBU PERTIWI. Mari, kita angkat sepuluh botol beer untuk Anak Agung Panji Tisna. Tidak heran wisata Bali jauh lebih berkembang dibandingkan wisata di daerah lainnya di Indonesia. Mereka berpikir jauh ke depan. SALUT!

Akhirnya, sebuah mimpi besar Anak Agung Panji Tisna untuk sebuah nama LOVINA pun terwujud. Lovina kini dikenal di seluruh dunia (mungkin), terlihat dari jumlah turis lokal dan asing berbanding terbalik. Saat saya jalan-jalan santai di Jalan Laviana yang menuju pantai, orang-orang menyapa, menawarkan barang, menawarkan perahu, menawarkan resto dengan bahasa Inggris. Saya bilang,”Saya asli Indonesia.” Mereka bilang,”Oh, maaf. Saya pikir dari Korea.” Apa saya mirip Lee Min Ho dan partner saya mirip Song Hye-kyo? Tidak juga. Mungkin karena yang datang ke Lovina ini lebih banyak turis asing ketimbang lokalnya. Masuk akal juga jika mereka mengira saya bukan dari Indonesia. Bahkan, saya tidak bertemu turis lokal. Semua turis yang saya temui berasal dari luar Indonesia.

Untuk menikmati Lovina ini, saya pun berendam di pantai pendiam sambil menunggu matahari terbenam di ujung laut. Berhubung juga liburan 6haridiBali kali ini sungguhan liburan santai, maka saya lebih banyak menikmati suasana setempat tanpa berkeinginan untuk eksplor lebih banyak. Saya ingin menikmati LOVINA. Itu saja. Sekarang, mari kita nikmati Lovina saat sore.

Besok kita lihat lumba-lumba lanjut snorkeling yuk!

2. Jadi pengen nyemplung, tapi belum makan siang. Sementara jarum jam sudah ada di angka empat.
2. Jadi pengen nyemplung, tapi belum makan siang. Sementara jarum jam sudah ada di angka empat.
3. Saya pergi makan dulu di Ayam Taliwang, dan hujan deras, tapi mataharinya nyentrong. Kayanya bakalan ada sunset. Yuk! Ke pantai lagi.
3. Saya pergi makan dulu di Ayam Taliwang, dan hujan deras, tapi mataharinya nyentrong. Kayanya bakalan ada sunset. Yuk! Ke pantai lagi.
4. Horeee! Yuk nonton sunset. Mataharinya siap menanak senja.
4. Horeee! Mataharinya siap menanak senja.
5. Langsung pose standar.
5. Langsung pose standar.
6. Maeninin warna kamera biar lebay, padahal sunsetnya mulai gagal.
6. Maenin warna biar lebay, padahal sunsetnya mulai gagal.
7. Nelayan siap-siap mencari ikan.
7. Nelayan siap-siap mencari ikan.
8. Ini yang hebat. Para pemancing yang berada di tengah laut, namun tingginya hanya sedada dan tanpa ombak pula. Siapa mau nyebur di sini. Yuk!
8. Ini yang hebat. Para pemancing yang berada di tengah laut, namun tingginya hanya sedada dan tanpa ombak pula. Siapa mau nyebur di sini. Yuk!
9. Yahhhh! Beneran kan sunsetnya gagal. Awannya terlalu tebal. Akhirnya duduk-duduk di pasir sambil melihat bule berbikini berenang. Fotonya nggak di-upload ya. Dosa:p
9. Yahhhh! Beneran kan sunsetnya gagal. Awannya terlalu tebal. Akhirnya duduk-duduk di pasir sambil melihat bule berbikini berenang. Fotonya nggak di-upload ya. Dosa:p

Selamat JAJANJALANJALAN!


16 responses to “6haridiBali (3) berkenalan dengan senyapnya senja Lovina”

  1. ledrakenoir Avatar

    Such a great atmosphere captured… 🙂

    1. sonofmountmalang Avatar

      Yeah! The view almost perfect, but my skill to capture is not perfect yet. How’s your life, Led?

      1. ledrakenoir Avatar

        Absolutely fine, hard to maintain the pessimism… “lol lol”

      2. sonofmountmalang Avatar

        Hahahahaha. Coffee?:p

  2. johanesjonaz Avatar

    hais.. prefacenya…… melelehkan hati yang keras…

    1. sonofmountmalang Avatar

      Jangan keras-keras hatinya ah:p

  3. ulillala Avatar

    waaah fotone keren2
    foto pertama tuh sahdu bangeeet

    1. sonofmountmalang Avatar

      Siahduh soalnya ketakutan nggak ada senjah:p

  4. chris13jkt Avatar

    Sunsetnya gak gagal gitu koq Jat. Foto-foto nomor 1,4,8 dan 9 bagus banget.

    1. sonofmountmalang Avatar

      Kalau matahari sama awannya lebih mendukung, sunsetnya pasti lebih bagus:d

  5. ryan Avatar

    sadur ah history Lovinanya… hehehehehe. buat tulisan juga.
    😀
    pose standar itu gimana ya kakak?

    1. sonofmountmalang Avatar

      Silakaannnn:D
      Oh ya pose standar ya kaya gitu. Kalau yang nggak standar ya kaya pasangan bule. Buka baju, buka celana, nyebur ke air dan ciuman. Aw aw aw!

      1. ryan Avatar

        Wah… banyak tuh di Bluepoint beach. hihihi

      2. sonofmountmalang Avatar

        Hihihihihi. Bosen liat bule bugil. Dosa juga ah.:D

      3. ryan Avatar

        gak kok. gak bugil. masih bugil wannabe, baru mulai kiss kiss 😛

  6. Lovina | The Foot Steps... Avatar

    […] postingan dari Mas Mount Malang (bacanya dah lama banget sih dan post ini ada di dalam draft dalam waktu lama juga) tentang […]

komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: