
Apa yang bisa dilakukan di Lovina, selain santai-santai di pantai, berenang tenang atau ngebir-ngebir sambil mengunyah babi guling renyah? Apalagi kalau bukan berlomba-lomba berburu lumba-lumba mencari sarapan pagi.
Sebelum melaut, saya membayar 140 ribu (dua orang) untuk berburu lumba-lumba dan 140 ribu (dua orang) untuk pergi ke Taman Laut sambil snorkeling. Pasti puas kan?
Sang kapten kapal, Pak Nyoman, bilang berangkat jam 5.15 dari penginapan. Saya dan @dwiyuniartid bangun jam setengah lima pagi. Jam-jam lagi enak-enaknya molor tuh. Demi si lumba-lumba, bangunlah yuk!
Pagi-pagi gelap, saya menuju pantai bersama dua orang tua Jerman dari penginapan yang sama. Kami saling diam saja. Dia tidak begitu lancar bahasa Inggris, jadi ogah-ogahan juga ngobrolnya. Cuma say,”Hallo. Good morning.”
Dan, melautlah kami berlima di atas perahu ketika matahari baru mulai memberikan tanda-tanda cahaya.
Awalnya saya senang. Di lautan terlihat sepi. Hanya ada dua perahu terlihat. Wah! Pasti seru nih.
Eh eh kok kok, ada apa ini ada apa ini, tiba-tiba saja satu demi satu perahu berdatang. Tahu-tahu laut Lovina sudah penuh perahu. Dueengg! Padahal hari Kamis. Apa jadinya kalau Sabtu atau Minggu ya. Haaaa!? Tak apalah. Yang penting melihat lumba-lumba.
Lho kok? Mana lumba-lumbanya. Eh, di sana di sana, belesatt breeekkkk! Semua perahu langsung tancap mesinnya mengejar lumba-lumba. Bles! Lumba-lumba hilang lagi. Belum juga sempat memotretnya. Eh di situ tuh tuh tuh! Pak Nyoman teriak sambil mengarahkan perahunya ke empat kawanan lumba-lumba. Baru juga Pak Nyoman teriak, perahu-perahu lain sudah tancap gas. Ada sekitar 30 perahu dan semuanya menuju lumba-lumba. Lumba-lumba hilang, semua cengo lagi, kecuali Pak Nyoman yang memasang mata elangnya. Canggih lho dia. Perahu lain belum melihat, dia bisa melihat duluan. Namun ya itu, lumba-lumbanya ketakutan dikejar 30an perahu.
Perahu yang saya tumpangi bergerak ke sana, bergerak ke situ, berhenti, berbelok, beputar, ngebut dan segala cara dilakukan agar menjadi yang pertama mendekati lumba-lumba. Lama-lama perut saya terasa dicoliin. Rasanya mulai pengen ngecrod! Eh, ada dua orang Jerman. Gengsi dong ya. Saya tahan sambil terus mengunyah permen untuk menghilangkan mual.
Saya tanya ke Pak Nyoman,”Pak, emang lumba-lumbanya sedikit ya?”
“Ikan kecil makanan lumba-lumba di sini lagi sedikit. Jadi lumba-lumbanya sedikit juga.
Dan jarang loncat.”
“Iya nih. Gagal deh dapetin foto lumba-lumba.”
“Biasanya banyak.”
Saya memasang lensa tete supaya bisa menangkap lumba-lumba dari jauh. Sudah saya pasang, lumba-lumba cuma ada satu. Ditambah lagi sunrise-nya kurang bagus. Jadi, berburu lumba-lumba pertama saya bisa dibilang gatot. Sementara perut juga makin tidak karuan mualnya.
Sudahi saja yuk! Hari juga sudah lumayan siang. Kan mau snorkeling di Taman Laut. Perahu melesat menuju Taman Laut di dekat pantai.
Woohhhh! Kereennn! Lautnya tenang, ikannya banyak, biota di bawahnya terlihat jelas. Mata saya tidak bisa berlama-lama melihat kejernihan Taman Laut. Pengen MUNTAAHHH! Hahhahahaha! Kebiasaan kalau melihat air laut jernih kok jadi mual ya. Hoeeeeee!
Saat yang lainnya asik melihat Taman Laut dan foto-foto, saya malah duduk menahan mual. Bahahhaahah! NORAAKKK! GAGAL SNORKELING gara-gara mual. Ngoks! Tapi, dijamin sih, kalau jadi snorkeling, seisi perut keluar semua. Sama halnya ketika saya snorkeling di Gili Trawangan. Setelah setengah jam snorkeling, saya mual-mual dan muntah. Woohhh! Ikannya dapat banyak makanan. Habis itu NGEJOPRAK di perahu. Sementara partner saya, waktu itu, tetep asik snorkeling. Hahhahaha!
Gara-gara saya, kali ini, lagi, snorkeling di Lovina pun bubarrr! Uang 140 untuk snorkeling pun blarrr! Tahu begitu nggak ke Taman Laut sekalian. Hihihihih! Ndeso!
Yuk ak! Kembali ke daratan. Saya mau leyeh-leyeh di pantai aja.
Dan, berlomba-lomba berburu lumba-lumba pun selesai sudah. Syukur kepada Allah, saya tidak jadi muntah. Amin! Sekian. Selamat melihat hasil foto-fotonyaaa.
perkenalkan


suasana di tengah laut





lumba-lumbanya




taman laut lovina



balik ke daratan yuk!

SELAMAT JAJANJALANJALAN!
“sonofmountmalang”