.alam kabir, kini, memintal kalam dari benang kelam menjadi secebir malam
.kala itu ubud memeditasikan tubuhnya dari lelah jejak langkah para penjelalah
.kontemplasi sunyi pohon dari cacakan matahari sehari, seraya melepaskan zat hidup terhirup
.kehingarbingaran sepanjang jalan berganti ideologi seragam sepi
.itulah ubud di malam hitam
.namun ada aroma nyala di satu pinggiran jalanan
.sebuah kedai kopi, anomali coffee, masih terbangun di malam melelap, mengasapi udara ubud dengan bebauan dari entitas bijian toraja, kintamani, flores, aceh, papua, jawa, mandheling
.kesepian-menyenangkan pun tumbuh subur di sini, di ubud
.dipupuk senandung norah jones, rinaian angin tawar, kekejaman secangkir kopi
.sementara, penjelajah asing berbincang lantang, memecah tenang
.mereka mabuk berkopi-kopi dari sulaman barista bergaya
siphon, cold drip, wood neck, french press
.atau sematanya cukup juga secangkir kopi setengah laki semotif cappuccino
.aku, dan, kekasihku tak berkata
.malam itu diam menggenang di bibir kami
.berdua, aku, dan ia, terpojok di ruangan kedai
.membahasakan masing-masing cangkir berasap
.wangi malam bercampur kintamani di alam kabir, yang kini terus memintal kalam dari benang kelam menjadi secebir malam
.pekat.
.anomali coffee, ubud, bali, indonesia
“sonofmountmalang”