
Bangsa Indonesia ini dijajah Belanda. Eh, bukan dijajah tepatnya, tetapi dikoalisikan. Bukan juga ya. Apa pun itu istilahnya, yang jelas saya ingin bilang, bangsa kita ini lebih mendalam dan lama bersentuhan dengan dunia Belanda, tetapi sekarang kita lebih sering menemukan nama-nama berbau nginggris di berbagai pelosok nusantara. Ada apa dengan bahasa Indonesia? Sudah nistakah bahasa kita ini? Atau sudah tidak layak pakaikah? Atau sudah saatnya musnah dan digantikan oleh bahasa Inggriskah? Saya tidak tahu sih tepatnya. Juga, saya tidak akan membahasnya. Lain kesempatan akan saya bahas.
Namun, ada contoh kecil di beberapa bagian Bali. Ubud misalnya, dengan Monkey Forest-nya. Kenapa nama yang digunakan bukan Hutan Monyet atau Taman Monyet saja? Kenapa harus Monkey Forest? Terkesannya saya mempermasalahkan seiprit istilah ya, tapi ya ini Indonesia. Bisakah kita menggunakan bahasa Indonesia. Biarlah turis-turis asing itu belajar bahasa Indonesia, atau bahasa Bali sekalian saja. Tidak ada ruginya. Menurut saya lho. Memangnya, kalau kalian ke Amerika atau Inggris atau beberapa negara mana pun, kalian disediakan plang berbahasa Indonesia atau istilah-istilah atau nama-nama berbahasa Indonesia? Tidak kan ya. Ada. Mungkin. Oke. Lupakan saja. Saya belum pernah ke luar negeri. *norak*
Saya akan kembalikan ke Monkey Forest atau Hutan Monyet. Hutan ini letaknya ada di tengah Ubud. Bisa dibilang salah satu dari sekian paru-paru Ubud yang masih tersisa dan terjaga lumayan baik.
Tidak ada yang sebegitu istimewa di hutan ini, selain monyet-monyet centil bergelantungan, berlarian dan loncat sana sini. Tapi jika kalian menggunakan pemandu orang Bali, akan banyak cerita tentang Hutan Monyet ini. Semisal, raja yang pernah tinggal di dalam hutan ini, pura-pura, kolam purba untuk mandi atau banyak lagi cerita yang tidak akan pernah kita dapatkan jika masuk tanpa pemandu.
Saya tidak memakai pemandu kali ini. Tujuannya pun sederhana. Saya ke Hutan Monyet untuk merasakan aroma hutan di tengah pikuk Ubud saat sore.
Jadi, buat kalian yang sudah bosan jalan-jalan di Ubud dari satu café ke café lainnya, tidak ada salahnya juga mampir ke Hutan Monyet. Ya, sekedar menikmati hutan atau bercanda dengan monyet. Tidak berminat juga tidak apa-apa. Hutan Monyet bukanlah wisata wajib di Bali.
SALAM NGAK NGAK NGUK NGUK!








“sonofmountmalang”