
Belum bisa dibilang halal jalan-jalan ke Bali tanpa menonton Tari Kecak. Saya pun mewajibkan diri pergi ke Pura Luhur Uluwatu. Di Uluwatu terkenal dengan sunset superb. Beruntungnya juga, matahari sedang menggila panasnya. Saya percaya, senjanya pun akan 10.000.000% sempurna dan sudah terbayang hasil foto, tarian kecak dan sunset. Pasti keren ya. SOOKK!!!
Mungkin karena saya terlalu pede, di mulainya pertunjukan, matahari langsung nyungsep di balik awan. Tidak ada senja sempurna seperti di foto-foto NATGEO. Uluwatu mendadak burem sementara pertunjukan tetap dimulai. Akhirnya, saya mengabadikan apa adanya. Tanpa cahaya lebay dari senja.
Saya juga tidak akan menceritakan plot Tari Kecak, karena saya percaya, semua sudah tahu dan bisa jadi semua yang pernah menonton Tari Kecak, telah menuliskan plotnya di blog. Saya saja yang terlalu telat menonton. Ya nggak sih?
Saya hanya akan menambahkan dari berbagai sumber di internet, bahwa Tari Kecak bukanlah tarian “ASLI” agama Hindu atau pun tarian yang lahir bukan dari agama atau pun budaya atau pun ritual. Tari Kecak merupakan ciptaan seorang penari Bali, yaitu Wayan Limbak dan pelukis Jerman, Walter Spies. Mereka menciptakan Tari Kecak yang merupakan hasil dari racikan atau adaptasi atau pun pengembangan dari RITUAL SANGHYANG. Sementara kalau dibaca lebih dalam, Ritual Sanghyang merupakan ritual keagamaan warisan budaya Pra-Hindu yang dimaksudkan untuk menolak bala. Biasanya, TARI SANGHYANG dilakukan dalam kondisi trance dalam bahasa meditasi atau kesurupan dalam bahasa kebudayaan mistis.
Sementara, kalau Tari Kecak, menurut kesimpulan saya, itu hanya sekedar tarian modern dan unsur mistisnya atau pun kesurupannya masih boleh dipertanyakan. Sebab pada akhirnya, tarian ini hanya dijadikan sebagai pertunjukan untuk menghibur penonton dan menghasilkan uang.
Sebagai penutup, saya pamer foto-fotonya boleh? Yuk!






















“sonofmountmalang”