“Saya dan partner jalan-jalan sesukanya kaki melangkah, Dwi, pernah menguburkan kolor masing-masing di bawah pohon dekat pantai. Tujuannya hanya satu, saya pasti akan kembali dipersatukan dengan kolor itu. Entah bentuknya sudah menjadi apa. Saya juga menguburkan emas 10 gram di bawah batu besar tepi pantai. Suatu saat, saya harus kembali ke Amed, untuk mengambil emas dan menaruhnya kembali emas yang lebih besar. Begitulah seterusnya. Dengan alasan apa pun, pada akhirnya, saya akan kembali ke Amed dan setiap frame foto memiliki cerita sendiri. Seperti foto ini, saya bangun di subuh, ketika langit Amed masih hitam dan bintang saat itu masih berbinar, sementara bulan menerangi jalan aspal di Amed, untuk saya berjalan di ruang hampa menunggu fajar menjalar di langit pagi.
Hasilnya, pagi abu-abu, matahari merengut di balik sulaman awan. Kami berdua. Saya dan Dwi, partner jalan-jalan sesukanya, duduk di tepi pantai ini. Santai. Menuangkan kopi Bali dari termos ke cangkir dan mencabik sepotong roti coklat. Sambilah angin pagi semerbak laut menciumi kami berdua.
Dan kami berdua, akhirnya juga, berciuman tipis. Wangi jigong bercampur roti coklat dan kopi.”
amed.bali.indonesia
“sonofmountmalang”