Pagi-pagi sekali, saat jalanan di sisi pantai masih sepi, udara masih dingin, anak-anak di Amed sudah berolah raga. Mereka berjalan kaki dari rumahnya menuju sekolahan. Tidak ada angkot di Amed, saat itu. Tidak tahu kalau sekarang. Jika pun naik sepeda, akan ada di spot-spot tertentu bikin gempor dengkul karena tanjakannya.
Di antara gerombolan anak-anak itu, satu yang sama, selain seragam, yaitu tas sekolahnya. Mereka semua menggunakan tas dari kantong kresek. Mengingatkan saya waktu SD dulu sekali. Tidak punya tas saat itu. Jadinya menggunakan kantong kresek. Selain tidak punya tas, kantong kresek paling aman untuk dijadikan tas, karena hujan di kaki Gunung Malang sesukanya kalau datang. Coba kalau pakai tas, buku pastinya bisa basah.
Mungkin begitu juga anak-anak di Amed. Mereka menggunakan kantong kresek sebagai tas hanya untuk menyelamatkan buku-buku dari hujan, atau, saya tidak tahu. Jika pun bukan karena itu, mungkin, karena Amed termasuk Bali yang belum begitu berkembang. Jauh dari jangkauan wisatawan massal. Bahkan, menurut saya, kehidupan-kedesaaan di Amed masih sangat terjaga. Jadi, penduduk di Amed bisa dibilang secara ekonomi masih belum mampu membelikan tas untuk anak-anaknya.
Banyak dugaan. Saya tidak bertanya. Saya terlalu terpana dengan keriangan anak-anak berlarian di jalanan aspal sisi pantai. Mereka begitu bahagia, meskipun tas sekolah dari kantong kresek.
Sementara saya, masih saja memaksakan diri membeli tas untuk ke kantor, merk Guess. Begh! Mending disumbangin ke tiket pesawat untuk jalan ke Amed dan ngobrol sama anak-anak itu.
Mungkin kan?
Bagaimana denganmu? Pernahkah berangkat ke sekolah dengan tas dari kantong kresek?
amed.bali.indonesia
“sonofmountmalang”