
Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya kepada sahabat mungilku, seorang pria botak, berbadan mungil dengan senyum polos melumerkan dan tawa serenyah bunyi apel ketika digigit. Aku jatuh cinta sangat. Tak terbantahkan.
Setiap pagi, sesaat setelah terbangun dari mimpi, aku melihat selalu ke sebelah dan pria mungilku sedang tertidur tenang. Setiap pagi juga, sambil mencium jidat jenongnya, aku berbisik selalu, “I love you, ma great boy, Rantingku…” kemudian saya menyesap aroma wangi napasnya dan teringat ketika pacaran saat merayu Tala, “Ingat ya Tala, sebagian napasku adalah napasmu.” Itu sebagai ungkapan betapa gombalnya aku saat itu. Dan berlaku untuk pria mungil nan botak, Virgillyan Ranting Areythuza, ketika aku menyesapi aroma napas pagi yang ia hembuskan.
Aku berbisik, ”Selamat ulang bulan ke enam ya ma great boy. Sehat selalu dan pinter dan hebat…dan alam menunggumu, tanpa bosan mengingatkanmu, untuk eksplor dan kamu akan menikmati makanan yang kamu cicipi pertama kalinya. Tepung beras merah, pisang, buah pir, alpukat”
Terdengar lebay-gombal. Memang. Namun aku menyukai kelebayan-gombalan.
Dia pun perlahan mulai menggeliat. Ngulet. Membuka mata sebelah kiri. Membuka mata keduanya. Tersenyum dan meraba mukaku. Dengan cepat juga tangannya meraih rambut. Ia menjambak dan menarik-narik rambutku. Sambil tersenyum jahil dan tertawa tipis. Lantas berguling dan balik lagi. Berguling dan balik lagi.
Ia mengamatiku. Aku mengamatinya. Ia tersenyum manis dan aku memeluknya. Menggendongnya. Girangnya bukan kepalang. Jejingkrakkan. Kaki dan tayang langsung goyang.
Menyejukkan sekaligus menyenangkan rasanya bisa selalu jatuh cinta di pagi hari, kepada seorang pria botak lucu, Virgillyan Ranting Areythuza, yang sudah menapaki enam bulan dan akan menikmati pengalaman pertama kalinya mencicipi makanan.
26 September 2014






“sonofmountmalang”