
Beberapa waktu lalu saya jalan-jalan pagi. Iseng. Ke Ancol. Sekedar menghirup udara laut. Lumayan kan, lama nggak melihat laut, Ancol pun tak masalah sih. Cuma pas santai jalan-jalan di dermaganya, terlihat beberapa pemancing. Entah iseng-iseng buang-buang waktu atau hobi atau kurang kerjaan saja. Yang jelas sih, mereka itu pemancing alay, yang tidak tahu isi biota laut apaan saja.
Jadi, satu momen, satu pemancing heboh menarik joran pancingan dan memutar reel. Seru kayanya sambil memanggil temannya. Ketika yang nyangkut di umpan semakin mendekat, barulah terlihat ke permukaan, sebuah bentuk panjang kaya ular. Mereka pun heboh.
Pemancing 1 (yang dapat),”Ular! Wah! Ular!”
Pemancing 2, “Jangan diangkat! Putus aja benangnya. Nanti matok!”
Pemancing 3, “Angkat aja! Bunuh di atas aja.”
Pemancing 1, “Gimana nih? Takut gigit. Ntar mati gue.”
Pemancing 2 dan 3 memberi semangat akhirnya ke pemancing 1 supaya mengangkat jorannya ke atas. Pemancing 1 pun mengangkat dan menaruh yang mereka sebut ular laut itu gulang-guling di beton dermaga.
Mereka bertiga tidak ada yang berani mendekat. Mereka menjauhkan hewan yang mereka sebut ular laut itu dari diri mereka. Kata mereka bertiga sambil berdebat,”Ntar matok baru nyaho lho!”
Saya bilang, “Bang! Itu bukan ular! Itu belut laut! Mancing sih nggak tahu biota laut,” sambil nunjukkin ke Ranting, sahabat kecil saya, kalau itu bukan ular, tapi belut laut. Mereka mendengar ucapan saya cuma melihat ke arah saya sebentar, lalu berdebat lagi dan mau memotong benang pancingan, lalu membuang belut yang mereka sebut ular itu ke laut.
Di tengah heboh, panik, takut, heran dan sejenisnya, muncullah salah satu tukang foto keliling.
Pemancing 1,”Bang! Ini apaan bang!?”
Tukang foto, “Ular yak!?”
Pemancing 1, “Nggak tau, bang!”
Saya nonton aja kelakuan mereka. Lumayan kan buat bahan cerita di blog. Hhahahah!
Tukang foto, “Kaya ular yak!”
Pemancing 2&3, “Gigit nggak ya bang! Beracun nggak ya!?”
Tukang foto, “Tau dah! Keplak aja palanya biar nggak gigit.”
Tiba-tiba di momen dongo itu, muncul pemancing lainnya. Ia membawa tang. Plak! Plak! Plak! Kepala belut laut itu ditoyor pakai tang. Seketika saja, belut laut yang tadinya berontak pun sekarat.
Sudah sekarat pun, para pemancing itu tidak berani mendekati belut. Akhirnya tukang foto inisiatif melepaskan kail pancingan dari mulut belut. Kail terlepas dan pemancing 1 menyodorkan wadah untuk menampung hasil pancingannya. Itu pun menyodorkannya dari jauh.
Pemancing 1,”Takut saya bang! Ntar matok saya neh!”
Belut laut yang sudah metong pun akhirnya masuk wadah penampungan. Pemancing kembali memancing, namun sambil tetap membahas hewan yang baru mereka tangkap itu apaan.
Norak yak! Begitulah kalau melakukan sesuatu tanpa dibekali pengetahuan yang lengkap. Tentang apa pun. Tidak hanya soal lautan dan isinya, tetapi juga semesta, agama, alkitab dan segala tektekbengek yang ada di seluruh dunia dan di luar dunia ini, supaya hidup tidak dongo-dongo amat sih dan mencelakai diri sendiri. Seperti halnya juga orang-orang alay naik gunung yang tidak tahu ada apa saja di hutan dan apa saja yang bisa dimakan di hutan jika kelak tersesat tidak mati kelaparan. Banyak kan yang mati kelaparan dan tersesat di gunung.
Jadi, gengs! Please! Bekali diri sendiri dengan pengatahuan, supaya tidak kaya pemancing-pemancing itu. Padahal itu sejenis BELUT LAUT atau sejenis MOA atau sejenis SIDAT yang nggak beracun dan bisa dimakaaannn!
Sekian!




