"jalan, ngopi, makan, mimpi, nulis"

Reach me

Menyerah punya anak!

Siapa di antara kalian yang sudah menikah?
Siapa di antara kalian yang baru mau menikah?
Siapa di antara kalian yang tidak akan menikah?
Siapa di antara kalian yang sudah menikah dan belum punya anak?
Siapa di antara kalian yang sudah menikah tapi tidak ingin punya anak?
Siapa di antara kalian yang sudah merasakan susahnya punya anak?
Siapa di antara kalian yang sudah menyerah untuk punya anak?
Siapa di antara kalian yang masih berjuang?
Siapa yang di antara kalian yang hanya menyerahkan dikasih Tuhan?
Cukup ya pertanyaannya. Jawabnya nanti saja di belakang.
Kali ini saya akan bercerita bagaimana perjuangan saya dan pacar yang saya nikahi ingin memiliki anak.
Ternyata, memilik anak itu, tidak semudah CROD trus tekdung. Ada yang udah ngecrod sampe tinggal angin doank, nggak jadi anak juga. Sampai dengkul koplak, nggak hamil juga. Ada juga yang lempar kolor doank ke badan cewek, langsung hamil tuh cewek. Bahkan lebih hebat lagi, baru buka celana, udah hamil aja ceweknya. Sehebat itu kaya gitu, ada kali ya. Haks!
 BABAK 1
Saya, beda lagi. Menikah tahun 2010 awal. Selama tujuh bulan sampai akhirnya hamil, perjuangan sederhana sudah saya lakukan. Makan semua makanan yang bagus untuk sperma dan sel telur. Semua buah-buahan yang digosipkan memiliki kandungan untuk kesuburan, SAYA MAKAN. Nggak ada, saya cari! Susah dicari, saya cari sampai dapat.
Apa saja itu. Salah satu yang saya ingat adalah JUS TOGE setiap pagi. Mampus nggak tuh minum jus toge. Yang minum suami istri. MANGGA AFRIKA. Mahal itu. Tapi tetap saya cari. BUNGA KURMA. Itu juga ya lumayan harganya. Soalnya harus minum setiap hari. Nah, ada lagi yang lumayan susah. KURMA MUDA. Dulu kalau nggak salah, setengah kilo hampir 150 ribuan. Itu juga dimakan setiap hari. Belum lagi rempah-rempah, jamu-jamuan dari apotek cina. Untungnya, semua terapi kesuburan itu nggak semuanya dilakukan di bulan yang sama. Terapi kesuburan ini nggak berhasil, ganti dengan metode lain. Sengaja belum ke dokter supaya biarlah usaha dulu dengan cara manual.
Akhirnya, setelah 7 bulan berjuang, eh hamil juga. Barulah ketemu dokter. Dokternya di YPK Menteng, dokter Yusfa. Nggak apa-apalah nyebut nama dokter.
Kata dokter, positif hamil. Cuma dia menambahkan, tapi kenapa dinding rahimnya nggak tebal dan belum keliatan benih yang dibuahi ada di rahim ya. Jangan-jangan ini hamil di luar rahim ya. Tapi, kita liat minggu depan ya. Dua minggu balik lagi.
Belum dua minggu, pacar saya aka istri, subuh-subuh nggak bisa bangun. Dia merasakan sakit luar biasa di perutnya. Subuh-subuh berangkat ke dokter. Dicek. Ternyata telur yang dibuahi itu berhenti di saluran TUBA FALLOPI. Salurannya pecah dan darahnya menyebar ke mana-mana. Sakitnya tak tertahankan, katanya. Dokter mencoba menyedot darah di dalam, namun darahnya sudah membeku, jadinya harus operasi. Operasi sesar maksudnya? Iya. Nggak punya anak disuruh operasi sesar. Ironi banget ya.
Sesarlah. Biayanya sama kaya sesar melahirkan. Perawatannya juga. Dan sedihnya, istri saya ditempatkan di kamar bareng dengan ibu-ibu melahirkan, yang ada tangisan bayinya. Nggak sedih gimana tuh dia. Tapi, itu semua kita lalui dengan kuat.
BABAK 2
Setelah sesar itu, kita mulai konsultasi dengan dokter. Mulai dari USG, HSG dan cek perlengkapan bagian dalam istri saya. Oh ya, catatan penting. Saluran hamil istri saya cuma satu. Yang satu sudah dipotong karena waktu hamil pertama itu pecah dan tidak bisa diapa-apain. Saluran itu, kata dokter, ukurannya rambut dilebah berapalah gitu. Sangat kecil dan halus. Untuk memastikan saluran satunya tidak ada masalah, maka diceklah dengan HSG. Kata dokter HSG, salurannya panjang ya. Hmmm…! Jadi apa pengaruhnya? Ya, telur yang dibuahi jadi lebih panjang saja perjalanannya. Kalau nggak okeh banget benihnya, bisa berhenti juga. Bahaya juga. Bisa-bisa nggak hamil selamanya kalau dua-duanya dipotong. Wew!
Setelah saluran itu dipastikan tidak ada masalah, saya berdua kembali ke dokter Yusfa. Memulai dari awal terapi hamil. Ngecek telur. Suntik telur. Mematangkan telur. Lalu kalau sudah matang telurnya, siap dibuahi dengan kata lain, GENJOOOOTTTTT!
Gagal!
Ke dokter lagi.
Cek lagi.
Disuruh genjoot lagi.
Gagal.
Terus berulang.
Akhirnya, bosan dengan dokter Yusfa dan antrinya tidak tahan, saya mencari dokter lain. Masih di YPK Menteng juga, saya ke dokter Karnadi. Ganti dokter, mulai dari awal lagi. Berhubung kebetulan dokternya sering telat dan bahkan jarang ada, akhirnya pindah lagi ke dokter Yusfa. Pas balik lagi pas istri saya telat. Pas dicek menggunakan testpack itu positif hasilnya.
Dokter Yusfa pun bilang, hamil. Yes! Hamil kedua kalinya yak. Lumayan cepat untuk ukuran satu saluran TUBA. Disuruh balik dua minggu kemudian. Pas dua minggu balik, pas dicek, kata dokternya, kok dinding rahimnya nggak tebal ya, kok nggak ada janinnya. Kata dokternya, ini sudah luruh.
Gagal maning! Gagal maning!
Kita coba lagi ya.
Tetap semangat!
Kata dokter.
Okehlah.
BABAK 3
Setelah babak dua berakhir, saya berdua memasuki babak ketiga. Babak di mana perjuangan dimulai lagi dari awal. Kembali konsultasi, minum obat, suntik dan disuruh ngecrod! Gagal. Ngecrod lagi. Gagal lagi. Ngecrod lagi. Gagal lagi. Duit terus mengalir bak paralon bocor.
Cape nih dok, saya bilang ke dia, saya mau insem aja, gimana? Kita coba ya. Insem juga nggak segampang itu. Harus dicek sperma saya. Oh, iya. Satu hal yang tidak boleh lupa. Kalau program hamil, jangan lupakan juga cek dua-duanya. Waktu itu kita terlalu fokus ke perlengkapan istri, sementara sperma nggak ke-cek. Pas dicek. Eh, info saja. Itu masturbasi termahal yang pernah saya alami. Bayangin lho, cuma dikasih DVD bokep dan setelah itu bayar sekitar 1,9 jutaan plus obat. Kata dokter spermanya bagus sih, cuma ada bakteri dan nggak bahaya, jadi harus dibenerin dulu selama sebulan plus banyak sperma yang lari di tempat dan jalan ogal-egol gitu, kaya atlet jalan cepat. Haaaahahahah! Sperma aja banyak tingkah. Ngehe lo!
Selama sebulan sperma saya ditritmen dan setelah itu cek lagi dan bayar lagi lah tentunya. Barulah insem. Insem.
Berhasil? Oh, tentu tidak. Hahhahaha!
Balik lagi ke dokter Yusfa. Saya nyerah, katanya. Saya kasih kalian ke guru saya, DOKTER KAREL di RS BUNDA. Hmmmm…! Ganti dokter artinya memulai semua proses dari awal.
BABAK 4
 Bertemulah dengan Dr. Karel Maanary di RS Bunda. Seperti dugaan kami berdua, semua memulainya dari awal lagi. Cek ini. Cek itu. Tapi untungnya, resep dari dokter Karel itu obatnya murah-murah. Dan satu hal juga, dicek perlengkapan dalam oleh dokter itu ternyata SAKIITTTTTT sampai ke ubun-ubun. Itu kata istri saya. Kebayang sih. Suara gemerincing besi-besi. Gunting-gunting. Saya sendiri ngilu dengarnya.
Setelah lulus semua tahapan selama beberapa bulan dari dokter Karel Maanary, berlanjutlah ke tahap akhirnya insem. Karena saya yang minta. Saya disuruh cek sperma di RS Abdi Waluyo dan lumayan murah juga. Singkat cerita, semua sudah oke. Sel telur oke. Sperma oke. INSEMMMMMMM!
BABAK 5
Menunggu hari demi hari hasil insem. Akhirnya sampailah hari di mana kami berdua kembali ke dokter. Senyum-senyum bahagia. Dan ketika di USG, DUG DUG DUG! Suara jantung terdengar, kata dokter. Nggak lama kemudian dia kaget, apaaaa?!! Ada dua suara detak jantung. Selamaat! Anak kamu kembaarrr! Kami bertiga berpelukan. Bahagia. Balik dua minggu lagi ya. Kata dokter.
Kabar bayi kembar saya simpan dulu. Saya tetap merahasiahkan kehamilan istri saya, kecuali ke mertua dan orang tua.
Selama dua minggu itu kami bahagia. Tralala trilili.
Pas dua minggu kembali ke dokter. USG. Cek detak jantung. Hmmm…! Dokter ngubek-ngubek segala sudut. Kok nggak ada suaranya ya. Maksudnya dok? Nggak ada detak jantungnya nih. Kemudian dokter menyalami saya lagi, maaf ya, bayinya nggak berkembang. Bungaaa kaliiiii nggak berkembang. Sudah tidak bisa bersedih lagi kayanya saya berdua. Sudah bosen bersedih.
Kata dokter, saya serahkan ke dokter Yusfa lagi ya.
Besok paginya ke dokter Yusfa. Dan positif, bayi kembar 7 minggu itu selesai sudah. Istri saya pun dikuret di YPK Menteng. Setelah dikuret, ada proses konsultasi lagi. Istri saya disuruh cek darah. Kemungkinan, katanya, jenis darah istri saya kental, jadi asupan nutrisi ke janin nggak lancar. Apalagi janinnya dua. Ohh! Oke. Cek darah. Hasilnya baik-baik saja. Jadi, apa yang salah dong ya? Semua hasilnya bagus. Hmmmm….!
BABAK 6
Saya memutuskan istirahat sebentar dari dokter. Cape juga ya empat tahun berjuang non stop. Cape keuangan, cape pikiran dan cape perasaan.
Jelang jeda istirahat ke dokter itu, mertua saya mengajak saya ketemu orang Cina di mangga besar. Di sana saya dibilangin, kalau mau punya anak, coba ramuan khasnya.
Apa itu ramuan khasnya. Ikan mas digoreng, lalu dicampur air panas, dihancurin dan disaring, kemudian airnya diminum. Minum intisari ikan mas selama 30 hari!! Rasanya trauma. Tapi demi memuaskan rasa penasaran mertua saya, tak apalah dicoba. Hasilnya, ya tidak hamil.
Nyoba ini. Nyoba itu. Terapi ini. Terapi itu. Terus berjuang ini. Berjuang itu. Jalan-jalan ke sana ke mari. Traveling biar bahagia. Hura-hura.
Eh, akhirnya setelah hampir setahun, istri saya telat. Telat, tapi kita berdua nggak seneng. Biasa saja. Soalnya sudah terbiasa ditipu kondisi dan beli segala jenis testpack, hasilnya selalu negatif. Akhirnya, penasaran juga. Beli testpack dua jenis merk yang berbeda. Hasilnya, positif. Senang? Nggak. Biasa sajalah. Takut pura-pura positif juga. Selama masa itu, kita tetap mencari dokter yang pas, yang sejodoh.
Browsing-browsing dokter. Nanya-nanya saudara. Jatuhlah pilihan ke Profesor Wachyu Hadisaputra. Mantaplah!
BABAK 7
Datang ke Profesor Wachyu dengan sejarah yang dicatat di buku. Sejarah panjang di mana air mata, suka, duka dan uang tersirat di sini.
Kata Prof. Wahyu, wah! Hebat ini. Saluran tinggal satu, hamil lumayan gampang. Kenapa nggak dari dulu ke saya. Sayang sekali ini, bayi disia-siakan.
Saya nggak bisa ngomong. Kemudian dia bilang, ini pasti ada virus. Gagal terus soalnya. Coba cek darah ke lab, katanya. Saya yakin sih ini virus.
Cek ke lab. Hasilnya langsung dibawa ke Profesor Wachyu. Pas dibaca, ternyata ya. TERNYATA YA! AUTOIMUN di salah satu virus TORCH itu tinggi banget. Jadi, efek sampingnya secara nggak langsung inilah yang membubarkan janin-janin di rahim selama ini. Kata Profesor Wachyu, ini harus segera diatasi. Kalau nggak, janin yang berumur 5 minggu itu bisa kelar juga riwayatnya kaya yang lalu-lalu.
Profesor Wachyu langsung memberikan obat untuk istri saya minum selama sebulan. Mudah-mudahan, autoimunnya normal dan bayinya selamat!
Berhasilkah dengan Profesor Wachyu??
BABAK 8

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

DAN ABRACADABRA!

virgillyan-ranting-areythuza005

Selebihnya, kalian bisa cek anaknya di sini, Virgillyan Ranting Areythuza
Jadi, gimana? Kalian masih berpikir untuk menyerah?
*Tulisan ini sengaja dibuat untuk mereka yang sedang berjuang punya anak*
“sonofmountmalang”