
Kalau kamu mencari surga, tidak usah jauh-jauh untuk ibadah dengan tekun sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Hal yang paling sederhana untuk menikmati surga itu ada di mana, kamu cukup mengetik, “SURGA DI UJUNG KULON,” maka akan keluarlah tulisan orang-orang yang pernah merasakan yang dianggapnya surga, dengan judul atau caption bermacam-macam. Mulai dari, “Surga kecil di Ujung Kulon.” “Surga tersembunyi di Ujung Kulon.” Dan judul-judul yang berbau surga lainnya. Google menyediakannya sampai halaman dua, mungkin juga halamana tiga.
Pertanyaannya, apakah surga yang kita anggap sakral ini, memang ternyata ada di Ujung Kulon? Bukan di lokasi di mana kita kelak sudah mati? Lalu, apakah surga di Ujung Kulon itu akan dirasakan sama seperti surganya alikitab masing-masing agama? Kemudian, apakah di Ujung Kulon ada surga sungguhan? Atau pertanyaannya lebih mendalam. Apakah surga di Ujung Kulon di mana kaum lelaki memang bisa mendapatkan 72 bidadari cantik dan segala kebutuhan lainnya?

Ya ampuuunnn! Pada serius banget sih bacanya. Tidak ada surga di Ujung Kulon, teman-teman sekalian. Kalau ada judul-judul yang berbau surga di Ujung Kulon, itu surga versi kita semua masing-masing. Toh, pada akhirnya, siapa pun, belum pernah ada yang merasakan, menikmati dan melihat surga seperti yang disebutkan di alkitab – alkitab mana pun. Jadi, siapa pun juga, bebas menerjemahkan surga masing-masing.
Sama halnya dengan surga di Ujung Kulon. Terkadang orang menyebut Surga di Peucang bagi yang ingin menikmati jernihnya air dan pulau liar. Bagi yang suka surfing, surga di Pulau Panaitan. Bagi yang suka petualang ke hutan, surga di hutan belantara Ujung Kulon untuk mendalami kekayaan hayati dan berburu foto Badak.
Bagi saya, Ujung Kulon bukanlah surga tersembunyi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Jakarta. Bukan sih. Pula, jaraknya dibanding jalan-jalan ke Pulau Seribu, jaraknya cukup jauh. Tapi, sah-sah saja, siapa pun claim, bahwa Ujung Kulon bisa dijangkau dengan selemparan kolor ijo. Sah-sah saja kok.
Jadi, apa sih poinnya tulisan ini? Sebenarnya sederhana saja sih. Karena beberapa orang bertanya, memangnya di Ujung Kulon ada penginapan sebagus itu?
Karena sudah sampai pada pertanyaan itulah saya menulis kembali ulasan tentang Ujung Kulon, khususnya tempat di mana saya menginap. Soalnya, beberapa postingan saya tentang Ujung Kulon hanya highlight saja. Rupanya sebagian orang membutuhkan informasi pengalaman menginap di Ujung Kulon lebih detail. Ohh, baiklah…!
Ini kali pertama saya ke Ujung Kulon. Seperti pemikiran awal, sebelum memutuskan untuk menginap di suatu tempat, yang harganya cukuplah, saya terpikir untuk menginap di ujungnya Ujung Kulon. Tepatnya di Ujung Kulon Wild. Itu setelah saya tanya-tanya, harga sekitar 350.000/malam + AC dan 250.000/malam + kipas angin. Tempatnya oke sih, tapi kalau untuk membawa anak kecil kaya saya, kayanya akan sedikit rempong. Karena, kemungkinan, melihat dari foto-fotonya, selain keluarga, juga berisi komunitas motor dan kayanya akan ramai.
Jadilah saya memutuskan tempat yang lebih private, santai dan tanpa keriuhrendahan banyak penginap. Pilihan saya jatuh ke HONJE ECOLODGE. Lebih mahal dari Ujung Kulon Wild, tapi melihat foto-fotonya lebih asik. Saya putuskan di Honje Ecolodge. Mengambil paket dua malam. Khusus untuk weekend memang harus dua malam. Harga yang harus dibayar untuk dua malam itu sekitar 3 juta. Sudah termasuk makan sarapan pagi dan makan siang pas kedatangan. Selebihnya, makan siang hari berikutnya dan makan malam hari berikutnya, bayarlah. Masa mau gratis terus.








Kira-kira, total yang saya habiskan untuk menikmati RUMAH POHON di HONJE ECOLODGE selama 2 malam tiga hari plus makan itu sekitar 3,5 juta. Ya, okeh kan untuk tempat yang cukup private dan pantai yang tidak begitu ramai.
Kalau kalian membawa gerombolan si berat, santai saja. Di Honje Ecolodge, selain RUMAH POHON, juga ada penginapan yang bisa muat ramai-ramai. Ada Rumah Biru, Rumah Merah dan paling besar itu Rumah Kuning. Namun, jika ingin lebih khidmat berduaan, sebaiknya Rumah Pohon.
Soal makanan, jangan khawatir, saya termasuk rewel kalau makanan. Di Honje Ecolodge, menurut saya, makanannya lumayan enak dan segar. Karena ibu-ibu di Honje memasak sesaat sebelum kalian akan menyantap makanan. Kalau tidak ingin makan siang di Honje juga bisa, keluar saja sampai menemukan restoran. Bakalan PE ER banget pastinya. Saran saya, sudahlah, nikmati saja semua fasilitasnya. Oh ya, satu ya, kalau nanti nanya ada air terjun bagus, kemudian jawabnya ada tapi di hutan. Saran saya jangan ke sana. Itu bukan air terjun yaaa, man temannn! Hhahahah! Kasihan kaki gempor dan hasilnya di bawah ekspektasi. Sampai tadinya mau semangat foto, akhirnya kembali menyarungkan kamera.
Udah lah, yang paling bener banget, main air, snorkeling, banana boat-an, mancing atau main ke Pulau Mangir. Kalau ada waktu, sewa perahu untuk bermain di Pulau Peucang. Sementara malamnya bisa hunting foto MILKY WAY dengan kamera dan lensa yang ampuh untuk menangkap barisan bentangan bintang yang UANYING kerennya! Kasar ah bahasanya.



Selebihnya, nikmati saja liburan sambil tanpa berhenti ngunyah cemilan ringan atau pun berat.
Selamat menemukan SURGA versi kalian masing-masing. Weeee!
“Bagi saya, inilah surga, malaikat kecil, Virgillyan Ranting Areythuza, bocah petualangan, teman baru bertualang!”
“sonofmountmalang”