
Kalau kamu menjelajahi sebuah kota di Indonesia, tidak akan pernah habis terjelajah dalam waktu sebulan. Itu pun kalau kamu traveler lokal. Kalau travelernya ke mancanegara, ya sudahlah yah. Abaikan tempat-tempat wisata lokal. Hap!
Karena kali ini perjalanan singkat sepaket dengan kemping di Papandayan, maka itulah berwisata alamnya pun tidak jauh dari Gunung Papandayan.
Sekarang, berwisata di Gunung Papandayan sudah jauh lebih bagus dan rapih dibandingkan ketika saya berwisata beberapa tahun lalu, tepatnya Oktober 2012. Artinya sudah hampir lima tahun. Pada jaman itu, jalanan menuju Camp David atau areal parkir di Gunung Papandayan masih hancur. Lobang dan batu-batu besar membuat mobil kerja lebih keras. Itu dulu lho.

Setelah lima tahun, tepatnya, menurut penjaga, di sekitar 3 bulan lalu, jalanan menuju Gunung Papandayan sudah halus dan karena sudah dikelola oleh pihak swasta. Jadi, jangan heran jika pada tahun 2012 itu saya hanya bayar 5.000/orang dan mobil lupa berapa. Nah, sekarang harga tiket untuk berwisata alam di Gunung Papandayan jauh lebih mahal. Tapi dengan catatan, jalannya sudah bagus, parkirnya pun lebih luas dan lebih bersih. Harga tiket untuk PP alias tidak berkemah itu sekitar 30.000/orang dan jika berkemah menjadi 35.000/orang. Bagi saya, untuk menikmati wisata alam di Gunung Papandayan sih masih murah hitungannya. Toh, dolar sudah naik. Gaji orang juga sudah naik. Fasilitas lebih baik. Khususnya akses sangat mulus untuk dilalui segala jenis kendaraan. Namun tetap saja, ternyata masih banyak yang bilang, “Wah! Sekarang mahal yah tiket ke Gunung Papandayan.” Yah, kapan majunya wisata Indonesia kalau berpikirnya begitu terus. Haissh!
Lalu, apa serunya Gunung Papandayan? Buat pendaki pemula, Gunung Papandayan sih pas banget. Wong ranger-nya saja bisa bolak-balik mengantarkan wisatawan Camp David – Pondok Salada, Pondok Salada – Camp David. Trek paling manusiawi dan gampang dilalui. Saking gampangnya, sampai-sampai saya kali ini tidak naik ke Pondok Salada pun. Lho gimana sih? Maklmulah secara membawa dua anak kota yang nggak bisa kalau naek sedikit dan ketemu trek batu, bisa teriak-teriak mereka minta naik gojek.




Jadi, kali ini cukup sampai menara pandang saja. Berhubung juga sudah siang karena bangun kesiangan pun di tempat kemping. Padahal sayang banget sih, sudah bayar 30.000/orang dan tidak naik sampai ke hutan mati atau pun kawah utama Gunung Papandayan. Lumayan kan untuk stock foto atau video. Sekalian bahan vlogger atau pun blogger. Apalagi teman saya kali ini seorang vlogger paling canggih se-Cipete Raya dan sekitarnya, yang kalau me-review makanan saja menggunakan Drone DJI SPARK. Selfie pun pakai drone. Pokoknya apa-apa pakai drone. Beruntunglah di Gunung Papandayan nggak ada gadis mandi di kali. Bahaya kalau ketemu vlogger satu ini.

Salah satu hasilnya menggunakan Drone DJI SPARK. Gimana? Oke banget kaannn! Bikin ngiler pengen beli yaaa. Hahaha! Ya, sementara sambil mimpi pengen punya drone buat foto-foto dan video makin ciamik, yuklah kita berwisata alam di Indonesia dulu kelarin. Sambil memupuk uang, kita naik ke Everest yaaaa! Tsahhh!









“sonofmountmalang”