
Dulu…
Di kaki Gunung Malang, duluuu sekali, sawah tidak bisa lepas dari kehidupan penduduknya. Hampir semua penduduk memiliki sawah. Baik di depan rumah, sisi rumah atau pun belakang rumah. Bahkan yang jauh dari rumah pun banyak. Sawah di kaki Gunung Malang menjadi salah satu sumber penghidupan penduduk. Seperti halnya kebun teh, cengkeh dan kopi, sawah sangat penting bagi kehidupan penduduk di kaki gunung.
Selain menjadi sumber penghidupan yang bisa menghasilkan padi, sawah juga menjadi tempat kucing-kucingan, petak umpet dan keseruan lainnya bagi anak-anak di kaki Gunung Malang. Untuk bisa menjadi tempat petak umpet atau kucing-kucingan, penduduk menggarap sawah dengan beberapa tahapan. Mulai dari membajak, menebar benih sampai panen, semua anak-anak di kaki Gunung Malang pernah mengikutinya.
Tahapan pertama, menabur benih di sepetak sawah. Kalau sudah menabur benih beberapa hari dan benihnya sudah mulai tumbuh dengan baik, pemilik sawah melakukan tahapan kedua, yaitu membajak sawah dulu. Nah, membajak sawah di kaki Gunung Malang biasa menggunakan dua cara. Menggunakan tenaga manusia dan tenaga kerbau. Kalau sawah sudah dibajak, biasanya dibiarkan dulu beberapa hari.
Setelah beberapa hari, sawah sudah terairi dengan baik dan benih sudah tumbuh sekitar 20 centi meter, maka dikerahkan ibu-ibu untuk menanam pagi di sawah-sawah yang sudah dibajak tadi. Biasanya, seluruh sawah serentak ditanam di hari atau minggu yang sama. Tujuannya, selain bisa panen serentak, juga mengatasi hama serentak.
Selama beberapa bulan, para pemilik sawah mengawasi tanaman padinya. Memberinya pupuk. Mengontrol air. Menyiangi rumput liar. Sampai semuanya sempurna ke tahap siap panen.
Jelang ketika padinya sudah meninggi, itulah momen seru untuk bermain di sawah. Main petak umpet atau lebih seru lagi main kucing-kucingan. Jangan heran kalau setiap habis main di sawah kena omelan ibu. Baju pasti berubah warna menjadi coklat tanah dan penuh lumpur. Karena jatuh di sawah itu bagian dari keseruan main kucing-kucingan.
Sekarang, setiap kali melihat sawah atau dekat sawah, seolah ada layar tancap tembus pandang di depan mata, menayangkan memori penuh keseruan masa kecil. Jadi untuk mengenangnya, saya menyusurinya, mencium khas aroma sawah, menyentuh sisa-sisa embun pagi dan merasa-rasa, betapa bahagi itu begitu sederhana sewaktu kecil.
Selamat main-main di sawah!







“sonofmountmalang”
Note: Semua foto diambil menggunakan Samsung S8 yang belum saya tulis juga, pengganti Galaxy K Zoom yang selama ini mendukung urusan blogging saya. Sedaaappp!