Siapa yang di rumahnya, sekarang, ada berbagai jenis perlengkapan untuk ngopi? Ayo coba tunjuk tangan. Kalau sudah punya, baguslah. Kalau belum punya, cobalah iseng-iseng bahasan saya soal salah satu brand manual brew mokapot dari Italia ini, si Bialetti. Khusus kali kali ini hanya membahas Bialetti Mokapot. Lebih dalamnya lagi khusus membahas Bialetti Break Alpina 3 Cups, satu dari sekian koleksi Mokapot saya yang selalu dibawa ke mana-mana. Ke kantor atau pun liburan keluar kota, bahkan kemping pun pastinya membawa Bialetti Moka Alpina ini.
Kenapa? Karena bentuknya lucu. Kepalanya kaya Robinhood. Warnanya pun merupakan warna kesukaan saya. Hijau. Termasuk rare item khusus yang satu ini.
Bialetti Break Alpina 3 Cups saya beli sekitar dua tahun lalu untuk menggantikan mokapot tanpa brand, yang rusak karena usianya sudah lima tahun dan selama lima tahun itu dipakai sehari dua kali. Pagi dan sore. Terlebih pada jaman itu belum ada penjual mokapot seperti sekarang ini.
Sebagai gantinya, Bialetti Break Alpina 3 Cups inilah. Kecil, ringan, ringkes dan menghasilkan kopi enak dengan cepat. Giling kopi, tuang air, tutup dan taruh di atas mini gas burner stand. Tunggu beberapa menit. Kopi sudah bergejolak dan siap dituang. Kopi enak cara ekspres kan. Selain itu juga, kita bisa custom kopi yang kita inginkan. Mau light, medium atau strong. Kita yang menentukan. Mau airnya sedikit, sedang dan banyak, kita juga yang menentukan. Sebab yang tahu selera kita ya kita sendiri, bukan orang lain. Iya kan? Untuk harga yang harus dibayarkan demi memiliki Bialetti Break Alpina 3 Cups ini cukup lumayan sih. Harganya sekitar 650.000 rupiah. Mungkin sekarang harganya jadi lebih murah. Ya, bisa jadi cuma 625.000 rupiah. Hemat 25 ribu kan lumayan yah.
Di Bialetti Moka Alpina ini, memang ada aturannya soal gilingan kopi. Disarankan untuk menggunakan gilingan kopi lebih kasar sedikit dari espreso. Kalau espreso ini fine grind coffee, maka untuk mokapot bisa medium grind coffee atau light coarse grind. Akan tetapi, saya sudah mencoba menggunakan tiga jenis grind ini, hasilnya beda, rasanya beda. Kalau saya pribadi tergantung kebutuhannya untuk apa. Kalau untuk dicampur susu, saya menggunakan fine grind. Kalau untuk diminum pahitan, saya pakai medium to fine grind. Jarang sekali memakai coarse grind dan kalau mau iseng rasa light coffee, ya saya pakai light coarse grind. Jadi kan semuanya bisa custom, selama penggunaan Bialetti Moka Alpina sesuai aturan. Air tidak boleh lewat dari lubang valve dan kopi tidak boleh dipadatkan di funnel atau corong Bialetti Break Alpina 3 Cups. Kalau dipadatkan, proses penembusan air melewati funnel akan terhambat karena padatnya kopi dan hasil kopi jadinya kental dan tidak enak untuk diminum. Untuk membahas problematika mokapot, nanti saya bahas di sesi lain sambil menunjukkan beberapa kegagalan yang pernah saya lakukan dan semua orang bisa lakukan.

Meskipun judulnya Bialetti Break Alpina 3 Cups, jangan bayangkan 3 cup cangkir kopi besar ya. Tiga cup di sini adalah cup untuk espreso. Bisa dikira-kira satu cup itu 50 ML kopi. Kalau mengisi air di Bialetti Break Alpina 3 Cups sebanyak 150 ML air, maka rata-rata kopi yang dihasilkan itu 140 ML. Tidak pernah kemudian menjadi 150 ML kopi. Jadi kadang, saya suka iseng bertanya ke produsen Bialatti soal cup-cup’an ini. Mereka suka menjawab, daya tampungnya 150 ML. Itu padahal daya tampung air untuk membrew kopi, bukan hasil brew 150 kopi. Kalian jangan salah tangkep ya, karena bagaimana pun, air tetap akan menguap ketika dipanaskan dan sebagian akan membasahi kopi ter-brew di bagian funnel. Nanti akan ada sesi sendiri ya soal ini. Sementara itu dulu infonya. Jika ingin iseng-iseng membeli sebelum menunggu riview selanjutnya dari saya, bisa klik jenis dan harga yang sesuai dengan dompet kalian di sini. Atau untuk mendapatkan harga dengan variasi diskon, bisa coba cari di sini.
Sekarang saya akan membuat kopi ekspres menggunakan Lintong, asal Lintong Ni Huta, Kabupaten Humbang Hasundutan Tapanuli Utara. Memang negeri ini kaya dengan single origin kopi. Coba saja cek di Sumatera, ada berapa banyak jenis kopi yang sesuai dengan asal tumbuhnya. Nah, nanti kita bahas ya sambil kita seduh tentunya. Kali ini cukup dengan Lintong saja yang level panggangannya di City Roast. Aroma hasil roastingannya, jangan tanya, karena lebih pas kalau langsung mencium aromanya.
Okelah. Daripada berpanjang lebar, yuk kita gunakan manual brew!





“sonofmountmalang”