Pernah iseng ketika tidak begitu banyak kerjaan saat long weekend dan memutuskan untuk pergi mengikuti google map atau waze ke satu tujuan dan pulangnya mengambil rute berbeda? Yes! Itu saya lakukan seminggu lalu. Tepatnya seminggu sebelum tahun baru. Rute yang diambil adalah Jakarta menembus Sukabumi, menembus perbatasan Sukabumi dengan Cianjur Selatan sampai ke Sukanagara dan Pagelaran. Jika belok kanan, akan menuju Pagelaran dan menembus Rancabali dan Ciwidey. Berhubung kalau pulang lewat Ciwidey dan melewati Cikampek, terbayang kan macetnya Cikampek. Jadinya, saya memutuskan tidak menembus Ciwidey, tetapi ke Cianjur Kota, yang akan keluarnya di perempatan Tugu Maenpo.
Seperti apa perjalanan sepanjang itu? Akan saya uraikan ya sedikit perjalanan aneh ini. Lets goh!
Pertama, berangkat subuh dari Jakarta. Menembus Bogor sampai berhenti di kota Sukabumi. Berangkat setengah lima subuh, sampai kota Sukabumi jam 8 pagi. Kalau jalan siangan sedikit, kelar deh kena macet di jalur Sukabumi. So, sampai di jam sarapan, pilihan tepat untuk kenyang sekali itu adalah KFC Griya Yogya Sukabumi. Sarapan sampai kenyang.
Perjalanan dari Sukabumi dilanjutkan menuju Takokak. Jalanan menuju Takokak kalau melewati rute Nyalindung itu dijamin babak belur jalanannya. Banyak kubangan kerbau di tengah jalan dan batu-batu sisa aspal. Jadi, lupakan lewat Nyalindung. Saya memotong jalan dari Terminal Jubleg menuju ke jalan Tangkil – Agrabinta dan belok kiri ke Jalan Legok Bandung Dua. Pemandangan di sepanjang Jalan Legok Bandung Dua itu super amazing!
Pemandangan langsung menuju ke Gunung Gede Pangrango. Jalanan naik turun bebukitan melewati Cikeuyeup, Pasir Huni, Pasawahan Girang, Pamoyanan, Kampung Tugu dan SDN Takokak. Di Takokak ini saya menginap semalam sambil ngecek kebun kopi dan kebun cabai plus ajak Virgillyan Ranting Areythuza menjadi SI BOLANG bersama anak-anak setempat.
Setelah menginap semalam, perjalanan dilanjutkan menuju Cianjur Selatan. Kali ini melewati Kampung Cikawung, Cikawung Hilir, Pasir Layung, Kali Baru, Sindang Sari, Ciguha, Gunung Sari, Cimapag – Sukanagara. Nah, sampai di titik ini, di perempatan Sukanagara, tinggal memutuskan, akan menuju Rancabali atau ke Cianjur Kota melewat Campaka, Cibeber dan sampailah di Cianjur Kota.
Rutenya terlihat sangat sederhana ya, hanya melewat desa-desa, kampong-kampung, hutan-hutan dan perkebunan teh sepanjang perjalanan, namun tidak semua jalanan yang dilalui mulus. Total KM dari Jakarta – Sukanagara itu sekitar 177 KM, 47 KM dari perbatasan Sukabumi – Cianjur dan sampai Sukanagara itu jalanan hancur lebur. Kecepatan mobil rata-rata 10 KM/Jam. Belum lagi jalanannya baru belok kiri, eh sudah belok kanan, tanjakan, turunan. Seru bercampu deru. Tetapi menikmati pemandangan serba perkebunan teh, sungai dan hutan, itu tidak kalah juga menariknya.
Disempatkan juga, mampir di Taman Makam Pahlawan Takokak. Nanti ada tulisan sendiri soal PERJUANGAN MELAWAN BELANDA di TAKOKOK. Karena kakek saya, salah satu VETERAN PERANG, yang selalu menceritakan dongeng sebelum tidur tentang betapa BELANDA itu kejam pada zaman old. Terlebih, di Takokak ini, dulu, dipenuhi perkebunan teh, kopi, cengkeh dan kina, yang merupakan hasil tanam paksa bangsa Belanda. Ini seru dibahas sendiri ya. Nanti kita bahas. Okeh! Sekarang, lanjutkan dulu perjalanan menuju Sukanagara.
Karena sepanjang perjalanan dari Takokak – Sukanagara itu tidak melewati perkotaan dan lebih banyak melewati perbukitan teh, hutan rasamala atau hutan puspa atau pun hutan kopi, maka saya tidak terlalu banyak berhenti untuk memotret. Hanya berlalu berjalan pelan sambil menikmati pemandangan. Soalnya, kalau kemalaman di jalan, bias repot. Selain gelap gulita, jalanan busuk dan ya jaga-jaga saja kalau ada mahluk jahat macam begal. Kan kita tidak pernah tahu ya. Namanya juga melewati hutan. Sukur-sukur yang lewat hantu, bodo amat itu mah sih. Nggak takut. Lha kalau yang lewat begal bawa golok, sementara saya hanya semobil tanpa rombongan, ya amit-amit. Makanya perjalanan terus berlanjut. Padahal niatnya ketika sampai Pagelaran, saya bisa mampir di Curug Ngebul atau Curug Citambur dan curug-curug di sekitarnya. Niatnya dibatalkan dulu. Takut sampai Jakarta malah subuh. Sementara hanya dadah-dadah ke curug dari pinggir jalan.
Setelah lepas dari Sukanagara, perjalanan diputuskan berlanjut ke Campaka, Cibeber dan Tugu Maenpo. Sepanjang perjalanan Sukanagara sampai Cibeber itu relatif tidak ditemukan tempat makan atau resto semacam Bumi Aki atau sejenisnya. Hanya ada warung Indomie, Mie Ayam dan Bakso. Jadi kalau lapar, ya itulah makanannya. Kalau bisa nahan lapar dan cemilan di mobil banyak, enaknya lanjutkan saja atau jika mau, ya mampirlah ke warung bakso. Selebihnya, kalau sudah kenyang, lanjutkan ke arah Puncak dan makanlah sampai puas. Karena ONE WAY menuju Jakarta atau macetnya Cisarua akan menyiksa betis kalian.
Cukup seru kan? Jalan-jalan singkat yang lama sekali waktu tempuhnya karena jalanan berkelok dan rusak. Jam 12 di Sukanagara kalau tidak salah, sampai Jakarta, dipotong makan siang merangkap makan sore dan malam, itu jam 11 malam.
Senang, segar, dan melelahkan, tapi kami bertiga bahagia. Gimana dengan perjalanan acak kalian?
“sonofmountmalang”