20171224_113417
TAMAN MAKAM PAHLAWAN CIGUNUNG TUGU, TAKOKAK – CIANJUR SELATAN

Dulu.

Dulu sekali.

Sangat dulu sekali.

Ketika saya masih kecil, nenek selalu menceritakan dongeng sebelum tidur tentang perang penduduk di Takokak melawan Walana. Lebih seru lagi kalau kakek yang bercerita langsung serunya pertempuran gerilyawan melawan tentara Walana.

Awalnya, saya berpikir, dongeng sebelum tidur itu merupakan rekayasa. Setelah semakin besar dan kemudian kakek akhirnya diangkat menjadi PEJUANG VETERAN karena jasanya di medan perang sebagai relawan yang membawa perlengkapan P3K untuk pejuang yang terluka dan ransum makanan untuk mengisi perut. Selain itu, bukti lainnya adalah di kamar kakek juga juga dipajang senapan saat ia gunakan melawan Walana, dan beberapa selongsong besi sisa mortir bekas di kolong ranjang.

Dongeng seru sebelum tidur yang diceritakan nenek dan kakek, sekali lagi, bukanlah dongen, tetapi sungguhan terjadi di kaki Gunung Malang.

Menurut sejarah yang tidak pernah ada dalam catatan pemerintahan Indonesia, salah satu pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh Belanda, terjadi di kaki Gunung Malang, Desa Takokak, Kecamatan Cianjur Selatan. Perbatasan Sukabumi – Cianjur Selatan. Secara lokasi strategisnya, harusnya masuk wilayah Sukabumi, tetapi entah kenapa, desa ini masuk wilayah Cianjur Selatan dan tidak pernah pun disentuh oleh pemerintahan Cianjur. Lokasinya memang lebih menguntungkan Sukabumi dan penduduk di kaki Gunung Malang, soalnya hasil pertanian lebih dekat dijual ke Sukabumi dibandingkan harus menempuh jalan menuju kota Cianjur.

Karena lokasi sangat terasing inilah, wilayah ini pada zaman Belanda dijadikan tempat pembantaian kaum pendukun NKRI alias republikan. Konon, ratusan simpatisan NKRI ini dari beberapa spot wilayah Sukabumi, Nyalindung, Sagaranten dan sekitarnya, ditangkap Walana gila dan dibawa ke hutan di Gunung Malang. Di hutan inilah mereka dibantai tentara Walana. Tepatnya mereka dibantai di Puncak Bungah, puncak di mana kita bisa memandang ke perkebunan teh Cikawung, yang juga tempat pembantaian kaum pro NKRI atau pro Soekarno atau zaman itu mereka menyebutnya KAUM REPUBLIKEN.

Tidak heran, ketika nenek bercerita, dulu katanya, truk-truk dan tank baja itu bisa sampai ke desa di Takokak. Toh, juga, selain memang tujuannya membantai pendukung NKRI, juga kepentingan Walana pada jaman itu melakukan tanam paksa berupa KOPI, CENGKEH, TEH dan KINA. Karena kontur di Cianjur Selatan – Perbatasan Sukabumi berbukit-bukit dan dingin, jadi surga bagi Walana untuk memaksa semua penduduk menanam komoditi paling menguntungkan pada zaman itu. Kalau kalian melakukan touring dari Nyalindung melewati Takokak dan menembus Sukanagara, maka sepanjang perjalanan itu lah kalian akan melihat perkebunan teh.

Nah, kembali ke pembantaian di Takokak ya. Kalau kata kakek saya, ketika zaman perang, banyak Walana gila. Mereka kalau nembak suka membutababi. Main berondong saja sampai semua gerilyawan kocar-kacir. Sebagian peluru nyasar mengenai, mati. Sebagian hanya nyerempet, luka dan selamat. Yang tidak terkena apa-apa, hanya bisa trauma di tengah hutan. Menunggu Walana-Walana gila itu kembali ke truknya dan meninggalkan desa. Tenang, kata kakek saya, Walana itu akan balik lagi mencari antek-antek pendukung NKRI.

Menurut cerita para pejuangan veteran, yang kebetulan juga diwawancara wartawan, pembantaian tidak hanya dilakukan di hutan atau jurang-jurang di sekitaran Takokak. Pembantaian dilakukan di Ciwangi, Pal I Cengang, Gamblok, Cikawung dan Pasir Tulang. Nah, yang terakhir, kenapa penduduk menyebutnya Pasir Tulang, karena memang di sini dijadikan bukit pembantaian. Pasir artinya bukit dan Tulang diambil dari sisa belulang yang dagingnya sudah membusuk. Pasir Tulang pada zamannya menjadi tempat angker. Tidak ada yang berani lewat Pasir Tulang pada malam hari. Konon, akan ada saja penampakan di Pasir Tulang jika berani lewat malam-malam. Hiiiii!

Dari cerita-cerita kakek dan nenek sebelum tidur ini memiliki bukti kuat, yaitu dengan adanya TAMAN MAKAM PAHLAWAN CIGUNUNG TUGU. Di taman inilah berjajar rapi makam-makam pahlawan tanpa nama. Mereka pahlawan yang melawan tentara Belanda dan juga korban pembantaian karena merekalah kaum REPUBLIKAN.

Untuk mengenangnya, setiap Agustus, seluruh sekolahan di Cianjur Selatan, khususnya perbatasan Sukabumi, pergi ke Taman Makan Pahlawan Cigunung Tugu dan berziarah sambil berdoa, membersihkan rumput-rumput liar di atas makamnya.

Dongeng sebelum tidur dari kakek, seorang VETERAN PERANG, yang kini sudah meninggal, tidak akan pernah saya lupakan dan akan saya kembali ceritakan ke Virgillyan Ranting Areythuza, sang pendengar DONGENG SEBELUM TIDUR.

Selamat beristirahat, Pahlawan Takokak!

*Walana=Belanda

20171224_11360420171224_11333320171224_11403220171224_11355520171224_11351820171224_11350920171224_11344820171224_11343220171224_11335920171224_11335620171224_11334220171224_113337

Sumber-sumber lainnya bisa ditemukan di:

Horor in Takokak

Horor di Takokak

 

“sonofmountmalang”


komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: