AKHIRNYA KEBAGIAN KENA KORONCE JUGA!

PERLENGKAPAN TEMPUR SELAMA 14 HARI DAN HARI BERIKUTNYA

Anjayyy!

Akhirnya menulis lagi.

Damn!

Setelah sekian lama nggak menyusun kata.

Oke.

Kita mulai dari mana?

Kira-kira?

Saya mulai dari koronce.

Sejak mulai diberlakukan bahwa Indonesia mengalami kejadian sangat luar biasa karena kehebohan Covid-19, sejak itu pula kantor mem-WFH-kan seluruh karyawannya. Dimulai bulan Maret sampai kurang lebih bulan Agustus. Sempat dicoba TIM A – TIM B seminggu-seminggu kalau tidak salah di bulan Agustus, hanya berlaku sebulan, karena DKI melakukan PSBB Kembali, kantor pun kembali WFH di bulan September. Lalu bulan Oktober kembali WFO dengan konsep seminggu masuk, seminggu WFH dan dibagi TIM A – TIM B. Sampai akhirnya tengah November menjadi bulan mengejutkan buat saya.

Oke, kita simpan dulu ya kabar mengejutkannya itu.

Saya kembalikan dulu ke tujuh bulan WFH. Selama hampir tujuh bulan itu saya nggak pernah ke mall, ke pasar, nongkrong atau pun ke tempat ramai. Full di rumah. Semua kebutuhan rumah dilakukan melalui online, baik TOPED atau pun Happy Fresh. Hampir tujuh bulan pure masak sendiri kebutuhan makan. Selama tujuh bulan dijalani dengan penuh kehati-hatian. Kenapa? Karena di rumah ada anak kecil, Ranting yang mau menginjak umur tujuh tahun, ada orang tua yang umurnya di atas 70 tahun semua dan kita semua mungkin sudah termakan berita soal betapa bombastinya Covid-19 ini. Jadi, lebih baik mencegah ketimbang harus berjuang sembuh dari Covid-19. Walau banyak yang bilang dan testimoni yang kena, bisa sembuh walau butuh waktu lama, yang meninggal itu memang usianya sudah tua dan rata-rata memiliki penyakit bawaan sehingga jatuhnya menjadi komplikasi. Well, umur, tua, muda, you’ll never know!

Terlepas dari itu, apa pun syarat dan ketentuannya, Covid-19 di mata saya tetap bikin males. Jadi, setengah mampus saya menghindari, menjaga dan sebisa mungkin menjauh dari Covid-19, menjauh dari keramaian, keluar rumah, jalan pagi pun pakai masker, cuci tangan sesering mungkin dan selalu sedia hand sanitizer. Jadi, tujuh bulan dilalui dengan aman.

Kemudian PSBB mulai longgar, tetapi bukan berarti saya melonggarkan protokol kesehatan. Tetap tidak pernah ke mall, nongkrong di coffee shop atau makan di resto. Makan selalu di rumah dan tidak terpikirkan untuk pergi sepedahan atau lari ketika era-era Covid-19 kedua olah raga ini tetap jadi tren.

Tetapi kemudian nasib berkata lain, saya harus pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan diet kolesterol di bulan September. Karena koles saya mencapai angka 300. Wkwkkwkw! Jadi nggak ada pilihan, lari pagi dan makan rebus-rebusan. Lari pagi di danau sunter dilanjutkan beli sayuran di pasar sunter. Hanya itu aktifitas terbesar saya yang lumayan ada orang berkerumun. Tetapi olah raga pagi, saya jalan saat masih sedikit gelap dan ketika di danau sunter mulai ada orang, saya menyudahi olah raga, dilanjutkan kadang mampir ke pasar saat stock sayur sudah habis. Oh, ya. Saya setiap pagi lari, tetapi tidak setiap hari ke pasar sih. Sisanya ke kantor dengan TIM A dan TIM B. Saya TIM A, dan di TIM A itu mungkin hanya ada lima karyawan. Itu pun jarak kami sekitar tiga sampai tujuh meteranlah satu sama lain. Jadi sepanjang dari bulan Maret itu memang ada yang WFH penuh sampai detik di mana saya dapat kejutan dan setiap weekend, kantor selalu di-disinfect-an plus selalu ada pemeriksaan suhu di bagian lobi gedung dan lobi kantor. Jadi, semua terpantau. Karena suhu di atas 37 derajat pasti akan disuruh pulang.

Jadi, saya cukup percaya dengan protokol gedung dan kantor. Yang saya kurang aware adalah pasar. Karena pasar atau pun tempat saya lari, walau pun tempat lari sepi, tetapi tidak bisa dikontrol oleh siapa pun dan tidak ada kesadaran dari siapa pun.

Singkat cerita, Sabtu 14 November, bangun tidur, saya merasakan badan pegel sedikit. Mungkin karena salah tidur ya. Minggu 15 November, bangun tidur, juga merasakan pegel. Jangan-jangan koles saya naik lagi. Begitulah pikir saya, karena kan baru September diet koles dan dilanjut bulan Oktober walau tidak ketat. Minggu malam, kepala agak sedikit pusing ya, wah koles nih kumat kayanya. Saya minum Simvastatin. Besoknya ngantor aman-aman saja, pegelnya berkurang dan pusingnya juga sudah hilang. Tetapi Senin sorenya badan pegel lagi. Mungkin masuk angin ya. Kantor hari Senin itu super dingin. Karena yang masuk kantor di ruang creative itu kaya cuma empat orang. Jadinya saya minta dikerokin emaknya Ranting pada malam harinya. Merah katanya sih. Selasa kembali ngantor seperti biasa. Cuma badan tuh kaya nggak jelas ya, pegel kadang kalau duduk kelamaan dan akhirnya Selasa malam sepulang kantor saya mampir ke dokter dekat rumah. Cek suhu, cek tekanan darah, cek jantung dan cek paru-paru ala ala dokter pada umumnya. Dokternya bilang aman. Mungkin stres kerjaan. Saya mengamini sih. Karena memang lagi handle project rokok yang asli bikin putar otak jungkir balik.

Oke. Kata dokter bisa jadi ga enak badan pegel-pegel itu disebabkan stres. Jadi bikin otot tegang. Otak kerja terus dan kurang istirahat. Banyak pikiran. Dokter memberikan saya resep buat menurukan heart rate yang ngebut dan obat pegel. Amanlah. Hari Rabu segar kembali. Nah, semenjak saya merasakan pegal, saya langsung pisah ranjang sama Ranting dan langsung jaga jarak. Hanya untuk jaga-jaga saja. Takutnya ada hal-hal yang tak saya inginkan terjadi kan.

Hari Kamis 19 November, bangun pagi, lalu menggiling kopi. Minum kopi. Namun ada yang aneh saat menuangkan biji kopi. Kenapa biji kopi ini udah hilang aromanya ya. Cepet banget kehilangan fresh-nya. Lalu saya minum kopi hasil seduhan menggunakan staresso. Golden crema-nya sangat menggoda, tetapi kenapa pas diminum pahit doank ya. Nggak ada semerbak aroma seperti biasa fresh brew pagi-pagi. Ada yang salah nih dengan hidung. Saya mencium aroma teh saffron, tidak tercium juga. Saya pergi ke dapur, ambil bawang lanang, saya pecahkan dan saya cium. MUTE! Penciuman bener-bener mute. Tak tercium aroma bawang lanang sepeser pun. Saya langsung memanaskan rendang dari Padang, langsung sarapan. Rendangnya enak, tetapi tak ada aromanya apa-apa. Damn! Feeling saya, KORONCE bangke nih jangan-jangan.

Langsung pindah kamar gudang, minum kayu putih, nyium kayu putih dan nelepon rumah sakit nanya-nanya soal SWAB, harga dan kapan keluar hasilnya atau nanya-nanya bisa konsultasi ke dokter atau nggak. Dokter UGD baru ada jam 10, SWAB mulai jam 8 dan saya maunya konsultasi sama dokter dulu. Sambil nanya-nanya ke temen yang pernah kena soal gejala, penularan ke keluarga dan tete bengek lainnya. Oke, FIX! Saya nampaknya disereng KORONCE!

Setelah konsul ke dokter di jam 10, dan dokter langsung saspek saya kena Covid-19 dan langsung bikin resep yang isinya vitamin semua.

Tes swab! Asli! Bangke! Sakit banget ya idung sama tenggorokan dirojok-rojok!

Dan.

BANG!

Hari Jumat jam 10 keluar hasilnya.

POSITIIIIFFFF!!

SHIT!

DAMN!

BANGKE!

Setelah menjaga mati-matian supaya nggak kena. Kena juga! KZL!

Saya langsung mengungsi ke desa, menyendiri di rumah sambail memantau SWAB seluruh keluarga, Opa, Oma, Ranting, maknya Ranting, ade ipar, kakar ipar. Hasilnya keluar semua hari Sabtu dan negatif. Langsung lega dan tinggal fokus isolasi mandiri selama 14 hari.

Untungnya, selama 14 hari nggak ada gejala lain dari dinyatakan positif, selain hilang penciuman, tidak ada demam, tidak ada batuk, flu, pilek atau sesak napas. Jadi simply selama lima hari dari tes di hari Kamis, penciuman total hilang. Untungnya juga, nggak kehilangan rasa. Jadi tetap bisa makan dengan napsu. Karena kalau pun ga napsu, harus dinapsu-napsuin aja sih.

Jadi selama 14 hari, hajar makan buah-buahan pagi siang malam. Multivitamin seperti yang dokter sarankan untuk terus konsumsi. Lalu konsumsi madu, minum VCO, minum minyak habatus dan minum apa pun yang kiranya bisa membuat virus mateeekkkk! Yang saya lakukan adalah perkuat sistem imun tubuh. Karena cuma itu yang bisa membuat virus di badan kita dikalahkan.

Selain itu, hindari selama 14 hari baca berita soal apa pun, nonton NETFLIX, meditasi, olah raga, yoga, berjemur dan semua kegiatan positif yang bisa improve imun badan.

Karena kalau imun badan saya tidak kuat, lalu virus bisa dikalahkan. Hanya itu tujuan saya selama 14 hari. Sambil memantau kondisi badan, cek suhu dan cek kadar oksigen. Untuk memastikan semuanya aman dan baik-baik saja. Karena kalau situasi memburuk, detik di mana situasi saya tidak membaik, dan cuma dua pilihannya. Saya mati sendirian di desa atau mati sendirian di rumah sakit. Sebab seperti yang berita-berita sebelumnya, yang terpapar Covid-19 cukup parah, tidak boleh dijenguk sampai napas terakhir jika memang akan berakhir dan mungkin sampai dikuburkan akan tetap sendirian.

So, pelajaran dari kasus saya, sebagaimana pun kita menjaga supaya nggak terpapar Covid-19  dan saat para OTG tetap berkeliaran kemudian imun kita sedang lemah, maka tamatlah orang-orang yang kebetulan kondisi imunnya lagi lemah dan bertemu atau berpapasan di keramaian dengan OTG. Termasuk saya, dalam kasus ini, yang kebetulan imun sedang lemah karena stress kerjaan atau stres kolesterol.

Pelajaran berikutnya dari kasus saya ini, orang lain, para OTG, para silent carrier, mungkin tidak peduli dengan apa yang terjadi, maka hal utama yang harus kita lakukan adalah, perkuat imun setiap saat. JAGA JARAK, PAKAI MASKER yang mendukung untuk meminimalisir penularan Covid-19, cuci tangan dan sebisa mungkin hindari kerumuman atau keramaian. JANGAN LENGAH!

Setelah 14 hari isolasi mandiri di desa, saya Kembali SWAB. Hasilnya negatife! Tapi saya tetap melanjutkan isolasi mandiri sampai saya merasa benar-benar aman buat orang lain dan buat diri saya sendiri.

Dan, inilah perlengkapan tempur saya melawan Covid-19, selain olah raga ringan, berjemur, makan buah, makan sayur, makan ikan tiap dan makan sop ayam cemani. Wkwkkwkwk!

SEMANGAT SEHAT SEMUANYA!

Versi curhat yutup ala ala.

“sonofmountmalang”


komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: