Seminggu lalu, saya membelikan Ranting Radio Flyer Red Wagon. Salah satu mainan yang mengingatkan saya ke mainan di masa lalu. Jadi, malam ini, saya akan mendongengkan BAPALAN MOBIL BAMBU GILAK!
Jadi, Ting, di kaki Gunung Malang itu kan dingin banget ya. Karena dingin, kegiatan harus selalu seru dan bikin keringat. Kalau nggak begitu, biasanya cari selimut terus meringkuk di kursi atau ranjang. Sekarang, aku mau cerita yang seru-seru aja ya. Aku kasih namanya balapan mobil bambu gilak.
Di kaki Gunung Malang, struktur tanahnya berbukit-bukit. Gampang sekali menemui jalan turunan dengan kemiringan 45 derajat atau 60 derajat dengan panjang panjang 500 meteran. Bahkan jalanan di tengah hutan Gunung Malang yang dibangun pemilik PUNCAK BUNGAH itu panjang turunan kayanya sih ada dua kilo meteran ya.
Jalanan menurun itu aku pakai, sama teman-teman aku, untuk bermain mobil balapan kayu.
Kaya apa sih mobil balapan bambu itu?
Mobil bambu ini dibuat oleh orang dewasa. Anak-anak kaya aku waktu itu belum bisa buat. Soalnya susah.
Bahan membuat mobil balap bambu itu gelondongan kayu nangka, bambu gombong, rotan, paku, batang pohon rasamala, lima tutup botol, gergaji, palu. Kira-kira itu bahannya.
Cara membuatnya, gelondongan kayu nangka seukuran paha orang dewasa atau seukuran kaleng biskuit itu dipotong menjadi bentuk ban. Jumlahnya harus empat. Tebal bannya sesuai keinginan saja. Ban kayu nangka itu ditatah bagian tengahnya untuk dibuatkan lubang seukuran jempol kaki orang dewasa. Lalu bambu gombong yang sudah tua dibelah menjadi dua. Panjangnya kira-kira berapa satu meter. Bambu yang sudah dibelah itu dirapihkan supaya tidak tajam pinggirannya. Potong dua batang pohon rasamala untuk dijadikan as depan dan as belakang. As belakang lebih panjang dari as depan. As belakang bisa 60 cm dan as depan bisa 45 cm. Pohon rasamala untuk jadikan as ini besarnya sebesar lengan orang dewasa. Kedua pohon rasamala untuk dijadikan as ini bagian ujung digergaji, lalu dibuat ujungnya menjadi lebih kecil dari aslinya. Susah ya bayanginnya. Kamu tahu Rolling Pin untuk menipiskan adonan kue kan. Kan ujungnya ada bagian kecilnya tuh. Nah ujungnya itu berfungsi untuk menaruh ban. Nanti kalau bannya sudah masuk, bagian paling ujungnya kayu itu kita paku melintang supaya bannya tidak lepas.
Panjang ya cara buatnya. Itu belum beres. Masih ada proses lainnya. Bambu yang tadi itu dipaku di as belakang. Masing-masing di ujung kiri dan ujung kanan. Kalau sudah dipaku kuat, bambu yang depan disatukan tumpang tindih. Jangan lupa bambu yang ditumpang tindih ini dilubangi sekitar sebesar kelingking. Ujung bambu yang tumpang tindih ini diikat rotan sampai kuat atau dipaku. Lalu ambil paku yang paling besar dan paku paling besar ini kita masukin tutup botol sepuluh, kemudian bambu yang tumpang tindih dan berlubang besar itu kita masukin paku dan pasang di bagian tengah as depan, lalu paku sampai kuat. Jadi paku besar di depan itu fungsinya sebagai poros yang cukup kuat agar as depan bisa fleksibel bergerak ke kanan dan ke kiri.
Selanjutnya, pasang setir dari rotan seukuran jempol kaki orang dewasa. Rotan itu dibuat menjadi huruf U dan masing-masing ujungnya dipaku ke as depan sebelah kiri dan sebelah kanan. Setir rotan inilah yang menjadi kendali mobil mau belok kiri, lurus atau belok kanan.
Rangka mobil bambu sudah jadi, tinggal membuat dudukan sederhana di belakang. Dudukannya dari bambu dan kayu dibuat kaya jojodog atau dingklik, lalu dipaku ke bambu gombong bagian paling belakang atau biasanya kalau mau lebih enak, bekas ban mobil diambil bagian ratanya dan langsung dipaku ke bagian belakang untuk dudukan.
Mobil bambu sudah jadi. Saatnya lobang ban yang bersentuhan dengan as diberi pelumas. Nah, pelumasnya itu alami. Aku biasa nyari batang daun talas yang sudah tua dan basah. Batang talas yang berlendir itu jejelin saja ke dalam lubang ban dan asnya. Putar ban untuk memastikan pelumasnya merata. Alternatif lain untuk pelumas itu terbuat dari daun ware. Daun ware dikucek-kucek sampai hancur, diberi air dan rendam. Airnya akan berlendir kaya oli gitu. Cuma pembuatannya lebih lama dibandingkan langsung mencari batang talas yang sudah busuk.
Sudah siap semuanya?
Oke. Kita gotong mobil bambu ke ujung tanjakan. Dari ujung tanjakan itulah mobil bambu meluncur dengan cepat dengan bunyi sangat khas, bunyi kerincingan tutup botol dan geluduk dari roda ban kayu. Di sepanjang turunan 500 meteran itu mobil dikendalikan meliak-liuk saling kejar.
Semakin bertanah jalanannya dan semakin banyak lobang serta curam dan sempit, maka semakin seru dan menantang balapannya. Semua jalanan turunan di kaki Gunung Malang sudah aku taklukan. Mulai dari yang hanya setapak kanan kiri penuh ilalang, kanan kiri kebun teh, kakan kiri kebun kopi, kanan kiri kebun cengkeh, kanan kiri hutan sampai kanan kiri sawah. Pernah nyusruk ke sawah, ke tebing tanah, ke selokan. Pernah jungkir balik di turunan tajam. Pernah juga tabrakan beruntun. Ya, baret sedikit sih masih wajarlahyah. Kecuali satu teman yang jungkir balik dan bijinya kejepit. Keesokannya bijinya bengkak sampai sebesar bola tenis. Horor. Tapi aku sih tetep main ya, kan udah mahir nyetir mobil bambunya.
Paling seru lagi kalau musim hujan. Itu surga balapan bagi semua anak laki-laki di kaki Gunung Malang.
Nanti ya, Ting, kalau kamu sudah besaran sedikit, kita coba bikin dan rasakan sensasi meluncur dari turunan 45-60 derajat sepanjang 500 meter.
Kemudian, anaknya dan emaknya, sudah ngorok. Besok, aku ceritain serunya perang-perangan di kaki Gunung Malang yah.
Selamat boboh!

Gimana? Mau nyoba balapan mobil bambu gilak?
Cat.:
1. Kayu nangka dibuat ban karena kayu ini tipe kayu yang sangat alot dan kuat. Tidak mudah retak atau pecah.
2. Pohon rasamala dipilih untuk as karena pohonnya juga kuat dan banyak yang lurus. Lalu kenapa asnya juga tidak dari pohon nangka? Soalnya pohon nangka jarang ada yang lurus batangnya. Sementara untuk as dibutuhkan batang yang lurus.
“sonofmountmalang”