“Masih ingat Halimah kan? Perempuan penyembah hujan? Anak Pak Endang. Gadis tomboy, liar dengan kulit seputih kabut pagi di atas situ tengah hutan. Badannya lebih bongsor dari gadis seumurannya. Payudara lebih besar dari gadis seumurannya. Gaulnya pun lebih sering dengan anak laki-laki ketimbang anak perempuan di kaki Gunung Malang. Ia sama-sama suka bermain layangan, suka bermain bola dan permainan anak laki-laki lainnya.”

Aku memulai sebuah dongeng lagi. Dongeng sebelum tidur. Dongeng tentang kehidupan di kaki Gunung Malang.

         “Kali ini aku kasih judul Halimah dan Goa Gawir.”

         “Apa tuh Goa Gawir?” tanya Tala.

         “Dengarkan saja dongengnya.”

         “Owww! Okehlah.”

Halimah, seperti yang sudah pernah aku ceritakan, satu-satunya sahabat perempuan yang bisa diajak bermain dan melakukan apa saja. Salah satunya adalah membuat goa di gawir. Gawir merupakan tebing yang tidak terlalu tinggi. Hanya mencapai tujuh lima sampai tujuh meteran. Gawir biasanya menjadi tebing pembatas antara persawahan dan perkebunan. Di gawir itulah aku dan Halimah, juga sahabat lainnya membuat goa.

Sebetulnya, jangan membayangkan goa-goa besar seperti kehidupan di jaman manusia goa. Goa yang dibuat hanyalah muat maksimal untuk tiga orang. Tiga orang anak kecil tentunya. Tinggi goa sekitar 70 cm dan dalamnya juga paling sekitar 50 cm dan lebar goa bisa mencapai 100 cm.

Sebelum membuat goa di gawir, pastikan dulu tanah gawir tersebut tidak rentan longsor. Tanahnya harus berupa tanah padat. Entah tanah merah atau tahan putih. Yang jelas bukan tanah gembur. Tapi bukan juga cadas. Kalau cadas, bisa setengah mampus membuat goanya.

Sebisa mungkin juga, gawirnya menghadap ke pemandangan lepas. Supaya bisa mendapatkan udara yang cukup, juga pemandangan yang bagus. Biasanya sih, pemandangannya langsung ke persawahan dan di bawah gawir pasti ada selokan mengalirkan air jernih.

Setelah menemukan lokasi yang bagus, maka langkah pertama adalah membuat undakan dari bawah hingga mencapai titik gawir di mana aku dan lainnya akan menggali tanah di gawir untuk dibuatkan goa. Untuk membuat goa di gawir membutuhkan waktu yang sangat lama. Jadi, tidak bisa sehari jadi. Soalnya alatnya juga sederhana, yaitu cuma sekop kecil, cangkul dan perlengkapan sederhana lainnya untuk menggali tanah.

Halimah, satu-satunya anak perempuan yang ikut proses dari awal hingga terbentuk yang namanya goa di gawir. Ia ikut naik ke undakan, ikut menggali pelan-pelan. Pelan-pelan, hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan sampai galian di gawir membentuk goa yang diinginkan pun jadi.

Kalau sudah jadi, aku dan yang lainnya membuat tungku dari batu. Tapi, ada juga sih goa yang tidak ada tungkunya. Difungsikan sebagai tempat bermain saja. Tempat membaca buku, tempat ngobrol dan tempat santai-santai bareng teman. Kalau ada tungkunya, sekalian bisa untuk masak-masakan. Dan siap-siap goanya bau asap.

        “Trus? Kamu dah Halimah ngapain di goa gawir itu?” Tala menyelak dongengku.

       “Ya, rebahan sambil ngobrol. Baca buku. Makan rame-rame juga sama teman di goa gawir sebelah.”

        “Yakin?”

        “Iyalah! Tapi, nanti, akan ada cerita soal Halimah yang bikin kaget sekampung!”

        “Kalian ML ya?”

        “Bukan! Bukan itu! Nanti saja ya. Kan ini ceritanya soal goa gawir.”

Tren goa gawir tidak berlangsung lama. Soalnya, akan selalu ada tren membuat tempat bermain dengan gaya baru di kaki Gunung Malang. Goa Gawir salah satunya. Lainnya lagi, ada tren membuat rumah pohon di pinggir sungai.

Itu, aku ceritain lain malam saja ya.

Sekarang, saatnya tidur.

“sonofmountmalang”


9 responses to “Dongeng (39) Halimah dan Goa Gawir”

  1. winnymarlina Avatar

    baru tahu ada goa gawir kak

    1. sonofmountmalang Avatar

      Ahahaha! Kamu kan anak kotaaaaaa, Winnnn!:P

  2. Ceritaeka Avatar

    Kalo kecil gitu masih disebut goa? Bukan celah aja ya?

    1. sonofmountmalang Avatar

      Celah segitu, badannya segimanaaa

      1. Ceritaeka Avatar

        Hahahhaa… Iya deeeeh. Btw ojob yo kera ngalam lhooo 😛

      2. sonofmountmalang Avatar

        Oh yahhhh. Hahahaha. Salam yo

  3. febridwicahya Avatar

    Aku masih kurang ngeh sama istilah goa gawir ini ._.

    kenapaaa dituduuuh ML -_____- wkwkw

  4. chris13jkt Avatar

    Trus sekarang goanya masih ada?

    1. sonofmountmalang Avatar

      Hihihih!
      Kayanya sudah nggak ada, mas. Udah musnah. Berubah jadi rumah rumah.

komen sebagian dari blogging!:))

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: