
Belum bisa dikatakan lengkap rasanya kalau kalian ke Bandung Selatan, tepatnya di Pangalengan, lebih tepatnya lagi di Desa Sukaluyu, belum berfoto narsis di Cukul Sunrise Point. Lokasi ini merupakan one of the best spot di daerah Pangalengan untuk menikmati Sunrise yang bangkit dari balik bebukitan bersama hamparan kabut pagi di atas perkebunan teh dengan iringan kicauan burung di pagi hari.
Saya melaju dari Situ Cileunca sekitar 20 menitan, dengan jarak tempuh sekitar 7 kilo meteran, melewat pedesaan dengan jalanan berkelak-kelok dan tidak bisa ngebut tentunya. Saya berangkat agak siangan menuju Cukul Sunrise Point. Tujuannya untuk mengukur jarak dari tempat saya kemping supaya bisa mengira-ngira, jam berapa saya harus bangun dan berangkat dari kempingan menuju Cukul Sunrise Point agar bisa mendapatkan sunrise di atas perkebunan The Cukul. Kalau dihitung-hitung sih, saya harus bangun setengah empat pagi dan naik perahu nyeberang ke lokasi parkiran, lalu mengendarai mobil selama 20 – 30 menitan di subuh gelapnya pedesaan yang berkabut tentunya, jadi harus ekstra hati-hati. Sampai di Cukul Sunrise Point bisa setengah limaan lebih dan tinggal duduk saja sambil menunggu matahari terbit.



Namun, semua itu hanyalah angan-angan. Pada kenyataannya, saya melanjutkan meringkuk di jam empat subuh karena malas juga ya subuh-subuh nyetir ke Cukul sendirian, pakai nyeberang situ segala. Apalagi, mendengar kabar dari mamang-mamang penjaga Cukul Sunrise Point, yang bilang kalau sunrise kurang sempurna di pagi sebelumnya. Jadi males kan, udah jauh-jauh, terus nggak dapet sunrise bagus.
Meskipun akhirnya beneran tidak mendapatkan sunrise di Cukul, setidaknya saya sudah datang di jam pagi jelang siang dalam rangka survey lokasi dan menikmati hembusan suasana dingin di Cukul Sunrise Point.
Keren sik! Saya betah berlama-lama di sini meski ramai dengan orang-orang minta difoto, selfie segala gaya, segala enjel dan segela posisi kamera. Tidak sebegitu ramai kaya pasar. Mungkin karena spot Cukul Sunrise Point ini belum seterkenal Tebing Keraton, yang sekarang sudah dikasih pagar-pagar beton. Jadi less alami yah Si Tebing Keraton itu. Oke, kembali ke Cukul Sunrise Point yang memang titik puncak di perkebunan Cukul untuk melihat lautan bergumpal-gumpal perkebunan teh dan pedesaan di Pangalengan.


Di Cukul Sunrise Point ini, kita sebenarnya bisa parkir sampai titik parkiran di atas perkebunan the. Jalannya berbatu dan hanya cukup satu mobil. Kalau kebetulan papasan sama mobil, salah satu harus mengalah. Jadi, solusinya adalah, ya parkir di spot sisi jalan, dekat Situ Cukul. Selanjutnya tinggal jalan kaki sekitar lima menitan lah ke Cukul Sunrise Point.
Selain pemandangan keren di Cukul Sunrise Point, ada juga Situ Cukul dan satu vila angker di Pangalengan, yang ceritanya sudah melegenda. Dialah Vila Jerman. Entah di mana horornya sih. Menurut saya, vila ini sangat keren, kontras sekali berada di tengah hijaunya perkebunan teh. Pas saya cari-cari sewa harga vila ini, ternyata tidak ditemukan berapa harga sewanya. Yang muncul malah cerita horor. Soal penampakan di Vila Jerman, soal pembunuhan di Vila Jerman, soal hantu di Vila Jerman. Banyak sekali karang mengarang cerita horor di vila ini. Tidak jelas kenapa ada di situ dan untuk apa.



Tapi menurut bisikan penghuni arwah di Cukul, sebenarnya rumah ini milik seorang pengusaha teh terkenal di Indonesia. Apalagi kalau bukan Teh Sosro. Ya, nggak heran juga ya vila ini tidak disewakan, juga tidak sembarangan orang bisa masuk. Apalagi di beberapa sudut dipasang CCTV. Tidak boleh foto vilanya, tidak boleh mendekat, tidak boleh dan tidak boleh. Kemudian mungkin sengaja juga dikarang soal bahwa vila ini mengandung hantu, setan, roh gentayangan dan penunggu. Tujuannya supaya orang-orang nggak berani masuk. Bisa jadi kaannn. Padahal mah di dalamnya mungkin nyaman banget buat keluarga pengusaha liburan di sana. Ngiri kan loooo?:p



Oke. Tinggalkan Vila Jerman yang nggak mungkin bisa kalian masuki, apalagi miliki. Biarlah rasa penasaran seperti apa dalamnya dan cerita soal horornya tetap membuat kita semua penasaran.
Hiiiiihihihihihih!
“sonofmountmalang”