Tulisan terakhir dari hasil kempingan saya di Pangalengan adalah mencoba menikmati KOPI MALABAR di salah satu kedai kopi yang ikut mengembangkan dunia perkopian Malabar di Pangalengan.

Kalau bicara dengan orang di Kedai Malabar Indonesia ketika saya bertanya soal apakah ada hubungan antara MALABAR MOUNTAIN COFFEE dengan KOPI MALABAR INDINESIA? Jawabannya sih diplomatis, katanya, dulu, si pemilik Malabar Mountai Coffee itu pernah bergabung, belajar dan membangun Kopi Malabar Indonesia. Kemudian, memisahkan diri dan membangun Malabar Mountain Coffee. Sama-sama menjadi besar dan sama-sama mengibarkan KOPI MALABAR. Yang membedakan adalah mungkin kehangatan yang dibangun saja. Kalau Malabar Mountain Coffee cenderung terasa down to earth, ramah dan hangat orang-orangnya. Kalau Kedai Kopi Malabar lebih serius dan dingin. Secara pemandangan memang lebih enak Kopi Malabar Indonesia, namun secara kehangatan lebih menikmati suasana di Malabar Mountain Indonesia.




Dan, meski keduanya memiliki akar yang sama, yaitu Kopi Malabar, namun secara output kopi, dengan kopi yang sama dengan penyajian berbeda, rasa kopinya sama-sama berbeda secara rasa. Saya lebih suka hasil seduhan Malabar Mountain Coffee. Lebih lembut, tetapi seluruh rasanya keluar, asam-asam buah ringan, lalu wangi manis dan strong. Sementara kalau di Kopi Malabar Indonesia, rasanya sangat kompleks, rumit di mulut dan minum beberepa kali nyaris tersedak karena rasa asam manisnya sangat strong. Gilak yak! Gue sok ngerti kopi banget. Wkwkkwkkwkw! Bodo deh. Namanya juga SNOBBER! Hhahahaha!






Bicara soal Snobber. Kebayang ‘kan, kalian ke pelosok daerah, semacam Pangalengan, yang sangat Sunda banget dan obrolan di kedai biasanya soal gadis desa cantiknya mengalahkan bidadari, pemuda x menghamili y, tetangga rebutan janda, maling kambing ketangkep di sawah dan topik hangat di desa lainnya, kini berganti menjadi, “Eta lamun kopi diroasting hidueng, rasa na teh anu kumaha, asem na karasa nya, da kumaha kalo diseduh pake P SIXTY (V-60 maksudnya), raos nah body kopi jiga naon. Atapi pake prenpres (french press) lain hasil na” dan obrolan soal kopi dengan ekspert kopi di Malabar, namun dalam bahasa Sunda. Lucu sih mendengarkan antusiasme orang-orang di Pangalengan bicara tentang kopi.
Oke, kembali ke Kopi Malabar Indonesia. Tidak akan bicara soal sejarah kedai kopi ini dan bagaimana pemilik membangun kopinya. Saya akan membahas soal kedai dan kopinya saja ya.
Berada di sisi perkebunan Teh Malabar, dengan pemandangan langsung menuju ke kebun teh, menjadi spot menarik bagi pengunjung kedai Kopi Malabar Indonesia. Duduk santai di lantai dua, dengan panasnya kopi dan adem ayemnya udara serta obrolan tidak jelas soal hidup itu merupakan sebuah kenikmatan sederhana. Terlebih lagi, harga secangkir kopi di kedia kopi Malabar Indonesia ini bisa dikatakan murah, jika dibandingkan dengan Malabar Mountain Indonesia. Soal harga nggak masalah lah kalau lagi liburan mah, apalagi hanya untuk secangkir kopi. Masih okehlah. Apalagi kalau kopinya enak. Lebih okeh lagi kaann.














Di kedai Kopi Malabar Indonesia ini saya pesan MALABAR NATURAL. Saya suka karekternya, tapi tenggorokan saya terkaget-kaget ketika menyeruputnya. Nanti saya coba pakai metode manual brew di rumah ya. Apakah akan sama hasilnya. Oh ya, tapi sayang, Malabar Naturalnya kehabisan stock. Adanya Malabar Dry. Tapi nanti akan saya coba seduh lah kaya gimana yah.
Sementara, sambil menunggu seduhan ala saya, kita ngopi dulu di sini! Yuk!






“sonfmountmalang”